27/08/2020 – Sejumlah elemen masyarakat kembali mengkritisi hadirnya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang diinisiasi oleh sejumlah tokoh nasional. Terlebih kini fokus Pemerintah dan masyarakat lebih diarahkan dalam percepatan penanganan Covid-19 serta mengembalikan pemulihan ekonomi yang sempat jatuh akibat pandemi.
Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Abdillah Toha, bahkan menyebut tujuan terbentuknya koalisi ini hanya untuk kepentingan politik semata. Bahkan Toha, menegaskan bahwa tokoh-tokoh yang tergabung didalam KAMI tidak lebih daripada barisan sakit hati karena tidak sedikit yang dulu malah bergabung dengan Presiden Joko Widodo.
“KAMI ini kan jelas mengarah pada gerakan politik bukan moral. Hal itu dapat dibuktikan aktor-aktor yang terlibat dalam pembentukan KAMI. Banyak tokoh yang merupakan barisan sakit hati politik. Masyarakat pun sudah tahu itu”, ujar Abdillah Toha. Ia malah mengaku kecewa, bahwa tokoh-tokoh yang sepatutnya menjadi contoh bagi masyarakat, malah mementingkan ego untuk mendapatkan kekuasaan saja.
Hal senada juga diungkapkan Majlis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Karanganyar, Jawa Tengah, Disa Ageng Aliven. Dirinya menilai kemunculan KAMI ditengah pandemi ini hanya memanaskan suhu politik saja. Langkah para tokoh KAMI mendeklarasikan kelompoknya sangat kontraproduktif saat Pemerintah berupaya mengatasi dampak pandemi.
“Pendirian dan gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merupakan langkah yang kurang tepat saat kondisi bangsa Indonesia tengah berjuang melepaskan diri dari wabah Covid-19. Pada situasi pandemi seperti ini mestinya semua pihak lebih mengutamakan kebersamaan ketimbang kepentingan kelompok”, tegas Disa.
Politisi Golkar, Sarmuji, pun ikut memberikan komentar terkait hadirnya KAMI yang dinilai berusaha mengembalikan marwah bangsa. Ia mengatakan tuntutan yang dilontarkan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) kepada Pemerintah tidak tepat. KAMI terkesan menutup mata terhadap kinerja Pemerintah yang sudah baik selama ini, terlebih bagi masyarakat bawah. Untuk itu penting bagi KAMI untuk membuka pikiran dan hati untuk mengakui kerja Pemerintah.
“Apa yang dilakukan Pemerintah sudah semua memenuhi tuntutan KAMI, bahkan melampaui. Pemerintah bahkan sudah mengintegrasikan antara penanganan kesehatan dengan pemulihan ekonomi agar keduanya tidak saling meniadakan bahkan menjadi langkah yang saling melengkapi. KAMI juga terkesan menutup mata terhadap semua yang sudah dilakukan oleh Pemerintah untuk menyelamatkan UMKM, Pedagang kecil, buruh dan petani,” kata Sarmuji dalam keterangannya.
Penolakan atas aktivitas KAMI diprediksi akan semakin masif, walaupun diketahui para deklarator KAMI berusaha untuk memperluas jaringannya. Hal itu karena gerakan ini sarat kepentingan politik, dan kontraproduktif terhadap fokus semua pihak yang lebih mengutamakan penanggulangan pandemi Covid-19. (DR)
Fahmi (Pemerhati masalah Sosial dan Politik)