Oleh : Anggito Mizzuma )*
Demo buruh yang berlangsung dari 6 hingga 8 oktober lalu menyisakan cerita duka karena rusaknya infrastruktur. Namun bukannya kapok, ada rencana untuk unjuk rasa lagi tanggal 13 mendatang. Apalagi kaum buruh merasa di atas angin karena didukung oleh KAMI. Padahal mereka hanya memprovokasi agar rakyat membenci pemerintah.
Para buruh sangat senang karena rencana demo menentang omnibus law didukung oleh KAMI. Melalui presidiumnya, KAMI menyatakan dukungan moril terhadap pekerja dan menganggap mereka sedang menyampaikan aspirasi rakyat. KAMI juga menganggap omnibus law jika diberlakukan akan mengacaukan situasi di Indonesia.
Setelah demo selama 3 hari berturut-turut, mungkin para buruh merasa lega. Namun mereka tak mau bertanggungjawab terhadap kerusakan infrastruktur saat demo. Mulai dari kantor polisi hingga gedung DPRD dirusak massa. Bahkan menyalahkan anarko yang menurut mereka adalah pelaku sebenarnya. Perasaan pongah muncul karena merasa dilindungi KAMI.
Situasi ini makin kacau ketika ada perusuh yang ditangkap. Padahal mereka jelas membuat kesalahan, karena merusak fasilitas umum. Serta nekat berunjuk rasa padahal masih masa pandemi. Ketika diamankan aparat, mereka malah playing victim dan merasa hak untuk protes sedang dibungkam. Namun lupa bahwa menyampaikan aspirasi tak harus disertai anarki.
Belum puas dengan unjuk rasa selama 3 hari, para buruh akan mengadakan demo lagi tanggal 13 oktober 2020, karena merasa aspirasinya tidak didengarkan. Padahal Presden sudah menanggapi demo lewat pidato dan meluruskan hoax tentang omnibus law. Namun mereka memang diprovokasi oleh KAMI agar demo lagi dan lagi, agar makin membenci pemerintah.
Padahal realitanya, ketika ada yang ditangkap saat demo, tidak ada tokoh KAMI yang menolong. Atau setidaknya memberi dukungan moril. Terbukti sokongan KAMI terhadap aksi demo hanya manis di mulut saja. Oleh karena itu, buruh jangan mau terprovokasi oleh KAMI yang hanya memanfaatkan situasi, karena mereka ingin ikut tenar dan disorot media.
Labour Institute Indonesia sudah mengingatkan kepada para buruh agar berhati-hati. Karena dipastikan akan ada politisasi demo buruh. Terbukti saat demo kemarin, memang sengaja di-setting agar buruh terus menggencet dan membenci aparat serta pemerintah. Sementara KAMI bahagia karena niat mereka untuk membuat rakyat memusuhi pemerintah sudah berhasil.
Politisasi demo sangat berbahaya karena merusak esensi untuk menyampaikan aspirasi. Buruh dijadikan pion oleh KAMI untuk memprotes kebijakan pemerintah. Ketika UU tak bisa dihapus, maka mereka memanas-manasi lagi dan menyebutkan bahwa pemerintah durjana. Serta menyebarkan hoax. Para buruh wajib tahu mana yang hoax mana yang benar agar tak demo sembarangan.
Stainlaus Riyanta, pengamat intelijen dan keamanan juga sudah memperingatkan buruh akan ada provokator saat demo. Apalagi saat unjuk rasa sedang panas-panasnya, tak bisa dibedakan apakah yang menyemangati untuk maju adalah buruh, mahasiswa, masyarakat sipil, atau anarko. Yang penting ada yang berteriak dan mereka maju demi aspirasi dan dihapuskannya UU.
Ketika muncul tidakan anarki maka pendemo dibilang pahlawan aspirasi. Logika yang terbalik ini membuat pejabat pusing karena kotanya dirusak. Di sisi lain, KAMI bukannya menegur keras tindakan perusakan fasilitas umum, malah memuji keberanian para pengunjuk rasa. Karena mewakili aspirasi seluruh buruh dan warga negara Indonesia.
Buruh jangan mau disetir oleh KAMI hanya karena mereka menyatakan dukungan terhadap aksi demo. Pahamilah bahwa omnibus law yang diprotes karena hoax yang tersebar dan versi aslinya tidak seperti itu. Ketika demo lagi, strategi KAMI untuk mempolitisasi omnibus law bisa berhasil dan membuat situasi di Indonesia jadi kacau-balau.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bekasi