22/10/2020 – Berbagai sentimen negatif terus dilontarkan oleh sejumlah pihak terhadap gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Terlebih pasca penangkapan sejumah simpatisan KAMI yang terbukti melakukan aksi provokasi, hasutan dan ujaran kebencian kepada masyarakat.
Sejak deklarasi dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), melakukan deklarasi atas keberadaannya sebagai gerakan moral non-parlemen, telah terdapat berbagai kontroversi dan kecurigaan mengenai hadirnya koalisi tersebut.
Politisi Perjuangan, Kapitra Ampera, mengatakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merupakan gerakan politik yang berkedok gerakan moral masyarakat sipil. ”Substansi yang diangkat sangat bertolak belakang jika dibandingkan dengan gerakan masyarakat sipil yang ada di Indonesia dan konsisten dalam jalur non-politik,” ujar Kapitra.
Lanjuta Kapitra, gerakan ini telah menunjukkan upaya-upaya yang bertentangan dengan cara-cara yang moralistik dalam menaikkan simpati masyarakat terhadap gerakannya. KAMI ini hanya barisan sakit hati yang sudah berada diluar lingkar pemerintahan.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies (IPS), Alfarisi Thalib, mengatakan berbagai pernyataan negatif dari sejumlah tokoh KAMI berbahaya bagi stabilitas sosial politik dalam negeri. “Masyarakat hanya dimanfaatkan untuk ambisi politik para tokoh KAMI. Mereka terus menerus protes kepada pemerintah dan mempropagandakan isu-isu yang sesungguhnya tidak relevan lagi,” kata Alfarisi.
Terlebih dukungan untuk melakukan aksi unjuk rasa, namun disertai provokasi dan hasutan. Hal itu menjadi legitimasi pemberontakan dan vandalisme rakyat. ” Tokoh didalam KAMI sangat paham bagaimana cara memainkan isu yang memicu sentimen sosial, strategi propaganda dan kontra-pemerintah,” lanjutnya.
Untuk itulah, Koordinator Aliansi Pemuda Surabaya, Chakti, memperingatkan masyarakat bahwa keberadaan KAMI hanyakan akan memecah belah bangsa. KAMI bukan gerakan moral melainkan gerakan makar gerombolan sakit hati.