24/10/2020 – Penolakan masyarakat atas manuver gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indoensia (KAMI) terus bermunculan di berbagai daerah. Masyarakat yang menolak umumnya menilai keberadaan KAMI ini hanya akan membuat masyarakat resah, karena narasi yang selalu disampaikan oleh kelompok itu cenderung provokatif dan menyerang Pemerintah.
Tentu masyarakat paham bahwa upaya tersebut merupakan strategi yang dipergunakan oleh KAMI untuk merongrong Pemerintah. KAMI mempergunakan emosi masyarakat untuk menyerang Pemerintah, terutama di sejumlah isu strategis, seperti yang mereka lakukan ketika memperkarakan isu PKI dan komunis gaya baru. Terbaru, mereka terbukti memperalat emosi masyarakat yang menolak UU Cipta Kerja. Sejumlah tokoh KAMI ditangkap karena terbukti menghasut, menyebar hoaks hingga ujaran kebencian di media sosial pribadinya sehingga aksi unjuk rasa berjalan anarkis.
Oleh karena itu, Laskar Sasak yang berada di Nusa Tenggara Barat, menyatakan menolak kehadiran Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Mereka tidak ingin masyarakat terpecah-pecah akibat provokasi KAMI. Sekjen Laskar Sasak, Lalu Wahyudi Zakaria, mengatakan bahwa ia bersama dengan rekan-rekannya menentang keras keberadaan KAMI. Dia tidak ingin masyarakat diporak-porandakan dengan isu yang tidak sesuai dengan realita.
“Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) menolak kehadiran Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Kehidupan masyarakat NTB yang aman dan nyaman tidak boleh terusik oleh provokasi KAMI. Semestinya semua pihak menjaga keutuhan NKRI, bukan malah ingin memecahnya demi kepentingan politik,”ujar Lalu Wahyudi Zakaria.
Ditempat terpisah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dewan Rakyat Jelata (Drajat) Sragen juga menolak kemunculan KAMI. Ketua Drajat, Sunarto yang lebih akrab disapa Narto Pelo mengemukakan kehadiran KAMI telah mengundang polemik atau pro dan kontra di tingkat nasional. Kecenderungan yang terjadi, kata dia, KAMI tak hanya berdiri di tingkat pusat, tetapi juga tiap daerah. Di sejumlah daerah, telah ada kelompok yang mendeklarasikan berdirinya KAMI.
“KAMI itu adalah kepentingan elit di tingkat pusat yang membingungkan masyarakat bawah. Itu bukan masalah wong Sragen sehingga tidak perlu dibawa ke Sragen. Kalau sampai masuk sudah pasti akan mengundang pro dan kontra. Bisa saja warga Sragen diadu domba kalau KAMI bisa masuk,” ujar Narto.
Penolakan sejumlah elemen masyarakat di berbagai daerah, menunjukan bahwa keberadaan gerakan KAMI yang diprakarsai Din Syamsuddin cs memang tidak memiliki tempat di masyarakat. Narasi yang cenderung provokatif dan kepentingan politik dibelakangnya, membuat KAMI tidak mendapat simpati masyarakat.