28/10/2020 – Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta menilai faktor utama yang menjadi penyebab penangkapan dan penahanahan para petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bukan karena konteks mengkritisi Omnibus Law Cipta Kerja. Stanislaus juga meyakini penyebaran berita hoax yang dilakukan para petinggi KAMI itu juga menjadi penyebab pecahnya aksi vandalisme dan aksi kekerasan di sejumlah daerah. Sehingga atas dasar itulah mereka diciduk Bareskrim.
“Jadi bukan dalam konteks ditangkap dan menjadi tersangka karena mengkritik Omnibus Law. Mereka ditangkap dan ditahan karena menyebarkan hoax yang akhirnya menimbulkan aksi massa, vandalisme dan aksi kekerasan,” kata Stanislaus.
Hal itu turut menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat di sejumlah daerah. Koordinator Aliansi Pemuda Riau Cinta Damai, Fandi, mengatakan sikap para petinggi KAMI untuk meyelamatkan Indonesia justru kortradiktif dengan strategi mereka di lapangan.
Dirinya menilai berbagai manuver KAMI hanya akan menimbulkan kegaduhan dan perpecahan di tengah warga, apalagi saat ini dalam kondisi pandemi Covid-19. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang menolak kehadiran KAMI.
“Warga sudah paham, tidak mau dibodoh-bodohi oleh oknum-oknum yang haus akan jabatan. Apalagi dengan gerakan politik yang berkedok demokrasi dan kebebasan berpendapat,” ujar Fandi.
Sebelumnya kepolisian menangkap sejumlah aktivis KAMI di wilayah Medan dan Jakarta. Mereka ditangkap karena bertanggung jawab atas aksi demo anarkis di sejumlah daerah.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono, mengatakan penangkapan sejumlah aktivis dan simpatisan KAMI karena memberikan dukungan kepada para demonstran dengan provokasi serta menyebarkan gambar yang tidak sesuai dengan peristiwa sebenarnya (hoaks).
Menurutnya, tujuannya penyebaran provokasi dan gambar hoaks ini adalah supaya peserta unjuk rasa bertindak anarkis. “Modus yang dilakukannya ini, seperti ada foto kemudian dikasih tulisan, dikasih keterangan yang tidak sama kejadiannya. Contohnya ini salah satu poin, ini kejadian di Karawang, tapi gambarnya berbeda,”ujarnya Argo.