29/10/2020 – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir, mengatakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merupakan gerakan provokatif yang bertujuan untuk menjatuhkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sejak dibentuk, Inas menilai kelompok KAMI itu sudah berbau provokasi.
“Sehingga patut diduga bahwa tujuan dari gerakan ini, yakni menghasut rakyat, di mana seolah-olah Indonesia dalam keadaan sangat berbahaya, di mana hanya kelompok merekalah yang memiliki resep untuk mengobatinya,” kata Inas.
Kondisi pandemi Covid-19 ini, semua komponen bangsa seharusnya saling gotong royong menguatkan satu sama lain. Tidak sebaliknya memprovokasi masyarakat yang sedang mengalami kegelisahan akibat pandemi Covid-19 yang dirasakan seluruh dunia.
Hal serupa juga diungkapkan kelompok masyarakat Serdadu Merah Putih. Melalui koordinatornya, Daryanto, mereka mengungkapkan KAMI rutin memprovokasi masyarakat dengan propaganda kebencian kepada Pemerintah yang sah dan berdampak negatif terhadap situasi nasional.
”KAMI itu terus melakukan provokasi ke masyarakat. Jika terus dibiarkan dikhawatirkan akan menjadi benih-benih perpecahan di Indonesia,” ujar Daryanto.
Pegiat politik dari Komite Muda Nusantara (KMN) Erik Pituah Hapedrik mengatakan, mudah sekali membaca jenis kelamin politik dari gerakan KAMI yang berisi tokoh nasional, tokoh akademisi dan tokoh agama itu. Bagi Erik, wacana yang dibangun oleh KAMI bukan tiba-tiba muncul, tapi sudah dikonsolidasikan dan dikondisikan untuk menggiring perspektif publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, baginya tidak mungkin gerakan tersebut netral atau begitu saja muncul.
Erik menyampaikan bahwa arah perjuangan dari KAMI sudah jelas yakni memberikan stigma negatif kepada pemerintah dengan melakukan agitasi propaganda, sehingga sebagian masyarakat merasa empati dan berpihak kepada mereka. Sehingga tujuan dari kelompok tersebut adalah mencoba merebut kekuasaan politik semata.
“Jika melihat background tokoh-tokohnya (KAMI), sangat menunjukkan kualitas gerakan ini. Ini hanya bertujuan untuk menciptakan kegaduhan, dengan agitasi propaganda,” kata Erik.