Oleh : Charles Degei )*
Papua kini menjadi daerah yag maju sejak Presiden Jokowi memimpin Indonesia. Ada berbagai infrastruktur di Bumi Cendrawasih seperti Jalur Trans Papua dan Jembatan Hamadi-Holtekam. Infrastruktur tersebut bukan hanya pajangan, namun benar-benar dibuat untuk kesejahteraan rakyat Papua.
Papua dan Papua Barat dulu identik dengan provinsi yang memiliki banyak hutan perawan dan transportasinya agak sulit, karena faktor alam, sehingga harus menggunakan pesawat terbang. Kondisi ini membuat harga barang di sana jauh lebih mahal daripada di Jawa. Bahkan harga 1 sak semen bisa mencapai 1 juta rupiah, karena biaya angkutnya yang sangat mahal.
Namun saat ini harga semen sudah bisa ditekan jadi setengahnya. Semua ini karena jalanan di Papua sudah dibangun sehingga memudahkan pengangkutan bahan baku. Salah satu jalur utama yang bisa mempercepat jalannya truk yang memuat bahan bangunan dan mempermurah biaya transportasi adalah Jalan Trans Papua.
Jalan Trans Papua dibangun sepanjang 4330 KM, dari Sorong ke Merauke. Pembangunan jalan ini bukan untuk gaya-gayaan, namun pemerintah membuatnya demi kesejahteraan rakyat di Bumi Cendrawasih. Selain untuk menekan biaya pengangkutan dan akhirnya harga barang jadi murah, jalan ini juga mempercepat waktu saat warga sipil Papua akan bepergian.
Warga di Bumi Cendrawasih sangat merasa terbantu setelah jalan Trans Papua diresmikan. Penduduk di Kampung Walarek saat ini hanya butuh waktu sehari semalam (dengan jalan kaki) saat akan menuju ke Elelim, ibukota Kabupaten Yalimo. Dulu sebelum ada jalan ini, mereka butuh waktu hingga sebulan untuk ke sana, karena harus berjalan menerobos hutan lebat.
Dengan adanya waktu tempuh yang singkat antar daerah, maka selain menurunkan harga barang, juga memakmurkan penduduk. Karena mereka tak lagi kesulitan saat akan berangkat berjualan ke kota. Mereka bisa naik mobil bak sambil membawa dagangannya tanpa takut khawatir melewati jalur yang panjang, berkat adanya Jalan Trans Papua.
Begitu juga dengan jembatan Hamadi-Holtekam. Jembatan sepanjang 1328 meter menghubungkan antara Jayapura dengan Skouw. Warna merah pada jembatan ini mempercantik tampilannya dan menjadi obek wisata yang diminati banyak turis, baik lokal maupun asing.
Dari Jayapura, para wisatawan juga bisa menuju perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini dan melihat taman yang sangat cantik. Dengan paduan alam Bumi Cendrawasih yang memukau, mereka terpesona dengan keindahan tanaman di sana. Karena wisata di perbatasan 2 negara amat unik dan lain dari yang lain.
Adanya jembatan cantik Hamadi-Holtekam dan kemudahan akses menuju perbatasan akan menguntungkan masyarakat Papua. Mereka yang bergerak di bidang hospitality akan menangguk uang yang lebih banyak, karena hotel dan motel dipenuhi oleh turis asing. Penjual makanan dan suvenir juga kecipratan rezeki karena selalu diserbu oleh wisatawan.
Selain jembatan dan jalan Trans Papua, infrastruktur lain yang dibangun pemerintah adalah Bandara internasional Sentani. Jika bandara tersebut sudah bertaraf internasional, maka wisatawan asing akan mempercayainya, dan langsung menuju ke sana tanpa transit. Jumlah turis akan meningkat dan bisa menaikkan jumlah devisa bagi pemerintah daerah Papua dan Papua Barat.
Kemampuan finansial masyarakat Papua akan naik karena diuntungkan oleh berbagai infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah. Mereka jadi merintis bisnis penginapan, kuliner, oleh-oleh, atau yang lain, dan yakin akan menunjukkan hasil yang baik. Karena sudah ada pangsa pasarnya, yakni wisatawan lokal dan asing.
Infrastruktur yang dibangun di Bumi Cendrawasih seperti Jalan trans Papua, bandara internasional Sentani, dan Jembatan Hamadi-Holketam mampu membuat masyarakat Papua jadi makmur. Karena mereka punya akses jalan yang bagus dan mempersingkat waktu tempuh. Harga barang jadi turun karena bisa diangkut lewat darat, bukan udara seperti dulu.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali