Oleh : Zakaria )*
Ceramah Habib Rizieq yang penuh kontroversi mendapat kecaman dari masayarakat. Mantan Ketua MK juga merasa resah dengan ceramah itu yang terlalu keras dan mengumbar kebencian. Bahkan berani menantang pemerintah. Padahal seharusnya ceramah agama memberi kesejukan di masyarakat, bukannya memprovokasi.
Habib Rizieq beraksi kembali setelah pulang ke tanah air, 10 november 2020. Ia berceramah dengan gaya khasnya: menggunakan kata kasar dan penuh provokasi. Anehnya saat itu tidak ada jamaah yang mengingatkan. Padahal tidak seharusnya tokoh yang mengaku suci mengotori panggung acara peringatan maulid dengan ceramah yang menggunakan diksi brutal.
Jimly Asshidiqie, mantan Ketua MK, turut menanggapi ceramah Habib Rizieq Shihab. Menurut Jimly, ceramah ketua ormas tersebut penuh dengan kebencian. Juga kontroversial dan menantang. Padahal ia adalah pemimpin dari organisasi massa. Sebagai pemimpin, seharusnya ia merukunkan, mengadilkan, memakmurkan, dan mengawal kebebasan.
Namun sayang Habib Rizieq gagal merukunkan karena justru malah mengobarkan api permusuhan ke pemerintah. Ia selalu menganggap pemerintah zalim dan sibuk memprovokasi jamaah untuk ikut membenci juga. Sayang sekali, ketika Habib Rizieq mempergunakan popularitasnya untuk mempengaruhi ke hal negatif, bukan positif.
Jimmly menambahkan, seolah-olah organisasi massa tersebut tidak peduli dengan aturan negara. Selain selalu mengkritik pemerintah, ada pula kecurigaan bahwa ia adalah sebuah gerakan perlawanan. Dalam artian sudah mengarah ke politik. Sayang sekali ketika ada acara ceramah agama dibelokkan ke tujuan tertentu seperti ini dan sangat melenceng dari harapan.
Pernyataan Jimly dibuktikan ketika Habib Rizieq terang-terangan melanggar protokol kesehatan dengan menyelenggarakan acara yang menarik massa. Pesta pernikahan putrinya, Najwa, sekalian disatukan dengan peringatan maulid dan mengundang 10.000 orang. Padahal di masa pandemi ini, sangat bahaya karena bisa membuat klaster corona baru.
Bukti dari klaster ini adalah Lurah Petamburan yang setelah menghadiri acara pernikahan Najwa, diklaim positif corona, melalui tes swab yang akurat. Ini baru 1 orang yang terdeteksi, bagaimana dengan sisanya? Sayang sekali mereka sudah mendengarkan ceramah provokasi lalu terpengaruh dan berpotensi tertular virus covid-19.
Selama ini Habib Rizieq memang terkenal dengan gaya ceramah yang tanpa tedeng aling-aling. Publik mengira sekembalinya ia dari Arab, akan berubah jadi kalem dan santun. Namun sayangnya Rizieq tetaplah Rizieq yang ceramahnya menggelegar dan menyindir pemerintah. Masyarakat jadi antipati karena ia tidak berubah jadi lebih baik.
Selain gaya ceramahnya yang keras, Habib Rizieq menggunakan kata kasar yang tidak seharusnya didengar oleh anak kecil. Padahal ada beberapa diksi lain untuk menghaluskannya, namun ia tak mau memilihnya. Bagaimana jika dalam acara itu ada balita yang dibawa oleh ayahnya? Ia akan dengan mudah meniru dan pikirannya diracuni oleh ceramah tersebut.
Publik juga kecewa berat ketika Rizieq membiarkan ada penceramah lain yang mendoakan jelek kepada para pemimpin di Indonesia. Bukankah seorang pemuka agama seharusnya memberi contoh yang baik? Namun malah berdoa yang jelek dan membuat masyarakat makin tidak bersimpati. Padahal doa yang jelek akan kembali kepada dirinya sendiri.
Padahal seharusnya di masa pandemi covid-19 kita bahu-membahu untuk menolong satu sama lain. Namun Habib Rizieq malah sengaja memecah belah kedamaian di Indonesia dan dengan sengaja melanggar protokol kesehatan. Jika masyarakat akhirnya terbagi jadi 2 kubu, bagaimana cara agar bisa bekerja sama melawan corona?
Seharusnya Habib Rizieq tahu diri dan menahan agar tidak mengeluarkan kata-kata kasar saat ceramah. Juga berubah jadi lebih santun dan tidak memecah-belah persatuan bangsa. Padahal ia dulu beberapa kali pernah terlibat kasus dan jangan sampai terpeleset lagi karena ngotot ceramah dengan gaya provokatif.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor