Oleh : Yulianos Hilapok )*
OPM makin beringas dengan menembak para siswa SMK yang tak bersalah. Naasnya, 2 dari 3 murid tersebut kehilangan nyawa. Kekejaman OPM dikutuk oleh masyarakat karena mereka berani menembak remaja yang bertangan kosong. Masyarakat makin antipati terhadap KKSB dan OPM.
OPM (Organisasi Papua Merdeka) sejak dulu dikenal keras dalam mewujudkan cita-citanya untuk memisahkan diri dari Indonesia. Dengan pasukan kelompok kriminal bersenjata (KKB), OPM menebar teror ke kalangan masyarakat. Tujuannya agar mereka mau diajak melakukan tindakan separatis bersama-sama.
Namun sayangnya masyarakat makin menjauhi OPM karena mereka ketahuan menembak 3 pelajar SMK. Sungguh miris karena 2 dari mereka meninggal dunia, sedangkan 1 orang yang selamat mengalami luka di bagian pipi. Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Mundidok, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel CZI IGN Suriastawa menyatakan bahwa para korban merupakan warga asli Papua. Kronologi peristiwa tersebut masih diselidiki sehingga ia belum tahu penyebabnya. Namun pengusutan kasus ini terkendala medan yang sangat berat dan sinyal operator HP yang kurang stabil.
Kabid Humas Kombespol Ahmad Mustofa Kamal menerangkan nama-nama korban, yakni Manus Murib dan Atanius Murib. Manus adalah korban yang selamat, ia berstatus siswa SMK 1 Gome. Sementara 1 korban lain belum terkuak identitasnya. Mereka dievakuasi ke RS besar di Timika karena di Mundidok peralatan medisnya kurang lengkap.
Setelah peristiwa ini, masyarakat makin membenci OPM karena tega menghabisi nyawa anak SMK yang masih bau kencur. Penyelidikan memang belum membuahkan hasil, namun muncul dugaan bahwa mereka sebenarnya dirayu agar mau masuk ke pasukan KKB. Karena selama ini kelompok kriminal selalu merekrut para remaja agar ada regenerasi di organisasinya.
Masyarakat juga mengutuk OPM karena menembak warga sipil Papua. Mengapa mereka tega mengambil nyawa saudara sesuku? OPM dan KKB telah kehilangan rasa kemanusiaan dan ingin mewujudkan cita-cita memerdekakan Papua, dengan mengorbankan banyak warga. Padahal mereka jelas tak bersalah, namun didor karena tidak mau diajak pro OPM.
Bukan kali ini saja KKB dan OPM berulah. Dalam peristiwa naas di Intan Jaya, mereka menembak tukang ojek, dengan alasan bahwa ia adalah aparat yang menyamar. Padahal faktanya, tukang ojek tersebut adalah warga sipil yang asli. Begitu pula dengan banyak peristiwa lain seperti penembakan pos polisi, bahkan tega menggunakan warga sipil sebagai tameng.
Masyarakat geram dengan OPM karena ngotot untuk merdeka. Padahal mereka sudah cinta NKRI. Apalagi sekarang di Papua sudah semakin maju, sejak Indonesia dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Buktinya ada Jalan Trans Papua dan banyak infrastruktur lain, yang jadi simbol kemajuan di Bumi Cendrawasih. Warga Papua juga bangga jadi bagian NKRI.
OPM seolah menutup mata dari fakta-fakta tersebut, dan ngotot mengibarkan bendera kebanggaan mereka yang berlogo bintang kejora. Apalagi sebentar lagi OPM berulang tahun, tanggal 1 desember. Diam-diam mereka mendstribusikan bendera tersebut, mulai dari ukuran kecil sampai besar.
Ada tradisi ‘turun gunung’ saat OPM ulang tahun dan KKB sengaja diterjunkan untuk mengacaukan kedamaian di Papua.
Mereka menebar teror dan memaksa masyarakat untuk ikut membelot, dengan ancaman senjata tajam. Aparat gabungan TNI dan Polri diturunkan untuk mengawasi dan mengamankan setiap wilayah Papua. Masyarakat juga makin waspada.
Keberadaan OPM dan KKB membuat masyarakat antipati karena selalu memaksakan kehendak dan bahkan tega menembak warga yang tak bersalah. Ketika korbannya adalah remaja, maka warga Papua sedih, karena ia telah kehilangan nyawa dan juga masa depannya. Pemberantasan OPM dan KKB jadi fokus anggota TNI agar Papua makin damai.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Semarang