Oleh : Andi Atgas )*
Pandemi covid-19 telah kita lalui selama berbulan-bulan, namun kita tak boleh menyerah. Justru saat ini waktu yang tepat untuk terus bekerja sama untuk menanggulangi corona. Adanya kolaborasi antara pemerintah, tim satgas penanganan covid, organisasi masyarakat dan kelompok agama, membuat penanganan corona makin cepat.
Saat ini semua orang sudah terbiasa untuk memakai masker dan melakukan protokol keehatan lain. Namun kadang juga merasa lelah karena durasi pandemi yang sudah lebih dari 6 bulan. Untuk menghentikan keadaan ini, seharusnya semua pihak bekerja sama untuk menangani corona. Bukannya malah mengabaikan protokol kesehatan dan menyalahkan pemerintah.
Salah satu pihak yang digandeng oleh pemerintah dan tim satgas covid-19 adalah ormas. Penyebabnya karena mereka punya anggota yang cukup banyak sehingga ketika ketua ormas didekati, akan berpengaruh terhadap anak buahnya. Mereka akan menurut ketika diajak sang ketua untuk menaati protokol kesehatan dan disiplin pakai masker.
Ketua ormas juga wajib untuk menaati protokol kesehatan dan mau bekerja sama dengan pemerintah. Pertama, karena menunjukkan bahwa ia adalah warga negara yang baik. Kedua, sebagai orang yang cukup berpengaruh, ia seharusnya memberi contoh positif kepada anggotanya. Sehingga makin banyak orang yang tertib dan akibatnya, jumlah pasien corona menurun.
Selain ormas, kelompok agama juga wajib bekerja sama dengan tim satgas covid-19. Saat rumah ibadah dibuka lagi, semua harus melalui protokol kesehatan. Misalnya harus pakai masker, ada tempat cuci tangan, jaga jarak, dan jika perlu ada pengecekan di pintu rumah ibadah dengan menggunakan thermo gun.
Saat berceramah, maka pemuka agama juga memberi seruan untuk ikut menaati protokol kesehatan dan pro pemerintah. Bukannya memberi pidato kacau tentang teori konspirasi corona. Ia punya pengaruh terhadap jamaahnya dan diharap bisa berkata dan bersikap bijak, agar semua orang tertib dan disiplin dalam menghindari corona.
Karena sekarang masih masa pandemi, maka saat ceramah juga wajib mematuhi aturan jaga jarak. Kalau bisa, kegiatan itu diganti dengan versi online via Zoom, agar menghindari kerumunan dan kontak fisik. Janganlah memaksakan untuk mengadakan acara peringatan massal, karena sebagai pemuka agama seharusnya bersikap bijak dan menuruti pemerintah.
Ada seorang sesepuh pemuka agama yang viral di media sosial karena berani membubarkan jamaahnya. Penyebabnya karena hadirin yang datang jauh lebih banyak dari perkiraan, padahal seharusnya acara itu hanya untuk keluarga dekat. Ia dipuji karena tidak mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, namun selalu taat aturan dan disiplin menjaga jarak.
Sikap tegas ini yang seharusnya ditiru oleh pemimpin kelompok agama lain, karena tetap kukuh mematuhi protokol kesehatan. Jangan malah sengaja membuat ceramah akbar dengan puluhan ribu hadirin, dengan berbagai alasan yang kurang masuk akal. Ingatlah bahwa saat ini masih masa pandemi, sehingga takut ada klaster corona baru.
Kerja sama antar pemuka agama dan ormas wajib dilakukan agar kita semua selamat dari corona. Jangan ada salah satu pihak yang egois dan memaksakan kehendak. Namun akibatnya fatal karena muncul klaster corona baru dan membawa korban sampai puluhan. Jumlah itu belum termasuk dari orang tanpa gejala atau yang lolos dar tes rapid acak.
Sekali lagi, kolaborasi adalah kunci kesuksesan dalam menangani corona. Karena tim satgas covid dan tenaga medis tak bisa bekerja dengan maksimal, jika tidak ada dukungan dari masyarakat, ormas, dan kelompok agama. Jika kita semua taat protokol kesehatan, maka jumlah pasien covid-19 akan berkurang dan pandemi segera berakhir. )* Penulis aktif dalam Gerakan Mahasiswa (Gema) Jakarta