Oleh : Sabby Kosay )*
Benny Wenda menjadi sorotan karena tiba-tiba mendeklarasikan negara Papua Barat dan mengklaim dirinya sendiri sebagai presiden. Pernyataan Benny otomatis membuat banyak orang tertawa karena tidak mendapat pengakuan dari manapun termasuk internal Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Desember adalah bulan yang krusial di Bumi cendrawasih, karena ada ulang tahun organisasi Papua Merdeka (OPM). Kumpulan separatis ini merayakannya dengan mengibarkan bendera bintang kejora. Mereka ingin berpisah dari Indonesia sejak puluhan tahun lalu.
Cita-cita Papua merdeka tak hanya dilakukan oleh separatis di Indonesia, tapi juga luar negeri. Benny Wenda mendeklarasikan kemerdekaan negara Papua Barat. Bukan hanya itu, ia menyebut dirinya sendiri menjadi presidennya. Sontak banyak orang yang kaget sekaligus kegelian, karena bagaimana seorang presiden terpilih tanpa ada pemilihan umum?
Selain itu, deklarasi Benny juga cacat hukum. Pertama, ia menyatakan kemerdekaan saat berada di Inggris, bukan di Indonesia. Kedua, negara Papua Barat tidak diakui oleh hukum internasional, karena faktanya ia masih bagian yang sah dari Indonesia. Setelah perang dunia kedua, wilayah Indonesia yang diakui hukum adalah bekas jajahan Belanda, termasuk Papua.
Masyarakat Indonesia jadi heran dengan deklarasi Benny. Apakah ia menyatakannya dalam keadaan sadar? Atau sudah amnesia dadakan mengenai hukum deklarasi sebuah negara dan pengangkatan presiden? Jika benar ia ingin jadi pemimpin, seharusnya belajar hukum ketatanegaraa terlebih dahulu, bukannya mempermalukan diri sendiri seperti ini.
Rupanya deklarasi Benny tak hanya membuat masyarakat Indonesia kaget, tapi juga OPM sendiri. Jefrey Bomanak dari tentara pembebasan Papua barat (gengnya OPM) menolak keras pernyataan Benny Wenda. Karena ia melakukannya di Inggris, bukan di Indonesia. Deklarasi ini juga dilakukan secara sepihak dan tak berkoordinasi dengan OPM terlebih dahulu.
Jeffrey menambahkan, OPM tidak mengakui deklarasi Benny karena ia tidak melibatkan jajaran pemimpin organisasi Papua merdeka. Juga tak berkonsultasi terlebih dahulu dengan masyarakat di 7 wilayah adat di Bumi Cendrawasih. Jadi Benny dianggap hanya angin lalu dan malah mempermalukan OPM.
Pertikaian antar anggota OPM membuat masyarakat Indonesia terbelalak, karena kelompok separatis ini malah menunjukkan ketidak harmonisan antar pengurus. Apakah ini sebuah dagelan belaka atau drama yang terjadi akibat miskomunikasi antar anggota OPM? Ketika ada yang ngotot ingin jadi presiden, malah tak diakui oleh kelompoknya. Masyarakat tak jadi iba, namun tertawa.
Penolakan OPM terhadap pernyataan Benny menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam mengatur sebuah negara. Bagaimana bisa mereka minta untuk merdeka jika mengatur 1 orang pengurus saja tidak becus? Jika memang ingin membuat negara sendiri, maka harus berkaca dan latihan dulu untuk menertibkan pengurusnya, bukannya membuat drama baru yang menggelikan.
Pertengkaran antara Benny dan pengurus OPM lain juga memperlihatkan bagaimana isi otaknya. Jika yang ada hanya nafsu untuk memerdekakan Papua, tapi tak disertai dengan kecerdasan dan strategi, apa bisa untuk mengurus Papua Barat? Jangan termakan ambisi yag membutakan tapi tidak bisa mengukur diri sendiri.
Jangan lupa fakta jika pulau Papua wilayahnya besar. Meski bagian dari Indonesia tak sampai semuanya, karena ada negara Papua Nugini, namun juga butuh waktu, tenaga, dan uang untuk mengurusnya. Jika untuk koordinasi antar anggota saja gagal, bagaimana bisa menertibkan sekian banyak warga sipil di Papua? Dipastikan mereka akan keteteran dan kehabisan dana.
Dekalarasi kemerdekaan Papua barat oleh Benny Wenda membuat masyarakat Indonesia kaget, karena ia lari ke Inggris tapi bisa membuat pernyataan seperti itu. Ditambah lagi ada drama antara OPM dan Benny, sehingga malah membuat penontonnya tertawa. Karena mereka terbukti tidak kompak dan tak punya kapabilitas untuk mengatur sebuah negara.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta