Oleh : Dodik Prasetyo )*
Berita tentang 6 anggota FPI yang tertembak saat baku hantam dengan polisi menghebohkan masyarakat. Karena ada 2 versi yang beredar di dunia maya. MUI mengimbau mereka agar tetap tenang dan tidak perlu memperkeruh keadaan. Sehingga masyarakat tetap kondusif dan tidak mudah terprovokasi.
Habib Rizieq dan FPI selalu jadi sasaran empuk pemberitaan. Kali ini mereka disorot karena ada 6 orang anggota FPI yang menamakan diri sebagai laskar khusus (pelindung sang Habib), dan kehilangan nyawa saat berada di jalan tol Jakarta-Cikampek. Masyarakat pun heboh karena tindakan aparat yang tegas dan terstruktur. Apalagi peristiwa ini terjadi jam 00:30 pagi.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau masyarakat agar tidak emosi dalam menanggapi peristiwa ini. Dalam Taklimat MUI nomor Kep-52/DP-MUI/XII/2020, mereka meminta masyarakat untuk tenang terhadap informasi mengenai peristiwa tersebut. Serta jangan memperkeruh keadaan. Taklimat ini ditandatangani ketua MUI Miftachul Akhyar dan Seken MUI Amirsyah Tambunan.
MUI juga meminta masyarakat untuk tabayun alias konfirmasi terlebih dahulu. Dalam artian, jika ada 2 versi cerita, dari kepolisian dan FPI, maka ditelusuri mana yang benar. Karena FPI malah menuduh aparat menembak terlebih dahulu. Padahal menurut keterangan polisi, laskar FPI yang menyerang duluan. Bahkan mereka membawa pedang samurai dan pistol rakitan.
Selain itu, MUI juga meminta masyarakat untuk mencari akar masalahnya dan melakukan komunikasi yang baik. Dalam artian, pada kasus ini masyarakat mencari penyebab penembakan, karena tak mungkin polisi menembak orang yang tak bersalah. Karena kita hidup di negara hukum, bukan negara koboi.
Keterangan polisi sangat masuk akal, karena laskar FPI terbukti menyerang dengan senjata. Sehingga mereka boleh dilawan dengan tembakan. Tujuannya untuk menyelamatkan diri sendiri. Kalau mereka sampai kehilangan nyawa, tentu adalah resiko yang ditanggung sendiri. Karena nekat dan bertindak kurangajar dengan melawan pihak kepolisian.
Masyarakat harus melihat dengan kepala dingin. FPI berkata mereka yang mengawal Habib Rizieq akan menghadiri pengajian subuh keluarga terlebih dahulu. Logikanya, waktu subuh di Jakarta sekitar jam 4 pagi. Lantas buat apa mereka melintas di jalan tol tengah malam? Dari keterangan ini terlihat siapa yang berbohong saat dimintai keterangan.
MUI juga meminta masyarakat untuk mewujudkan situasi yang aman dan damai. Dalam artian, jangan mudah menyalahkan polisi, karena mereka adalah sahabat rakyat. Mereka tidak mungkin melakukan penembakan, kalau tidak dipepet duluan. Karena pelanggaran seperti ini akan mendapat sanksi yang sangat berat.
Masyarakat juga diminta untuk tidak mudah terprovokasi oleh hoax. Memang dalam beberapa hari ini muncul berita palsu tentang foto jenazah anggota FPI yang tersenyum. Sehingga terkesan ia mati syahid setelah peristiwa itu. Padahal setelah ditelusuri ternyata orangnya masih hidup.
Hoax seperti ini yang memanaskan emosi masyarakat dan seharusnya mereka menelusuri kebenarannya. Bukannya malah memaki-maki aparat. Karena sebagai orang awam, kita tidak tahu kejadian sebenarnya di lapangan. Juga menunggu janji bahwa rekaman CCTVsaat peristiwa di jalan tol itu akan disiarkan ke publik.
Janganlah mudah terpengaruh oleh provokasi yang menyudutkan aparat. Karena hoax memang dibuat untuk tujuan itu. Memang lebih mudah untuk berkomentar negatif daripada positif, dan berita palsu makin mengobarkannya. Sehingga seolah-olah diperlihatkan bahwa yang ditembak adalah orang yang tak bersalah, padahal mereka yang menyerang duluan.
Masyarakat diminta oleh MUI untuk menjaga kondusivitas dan perdamaian. Jangan termakan hasutan untuk memihak FPI dan menuduh polisi. Karena jika termakan oleh provokasi oknum, akan fatal akibatnya. Kita wajib percaya integritas polisi dan mereka tidak mungkin melakukan tindakan di luar batas.)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)