Oleh : Raditya Rahman )*
FPI lagi-lagi membuat ulah. Kali ini meraka akan berdemo di depan Istana Negara, tanggal 18 Desember 2020. Unjuk rasa ini dilakukan karena mereka menuntut Rizieq Shihab dibebaskan. Padahal mengadakan demo saat pandemi covid-19 sangat terlarang, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan kluster corona baru.
Dijebloskannya Rizieq Shihab ke dalam bui membuat heboh, karena ia akhirnya mau menyerahkan diri. Setelah sebelumnya sembunyi dari pemanggilan Polda Metro Jaya. Panglima FPI ini terjegal 2 kasus sekaligus, yakni pelanggaran protokol kesehatan karena membuat kerumunan dengan sengaja, dan pidato bermuatan ujaran kebencian.
Anggota FPI auto emosi dan tak terima ketika panglima kesayangannya mendekam di penjara. Mereka akan menggruduk Istana Negara, jum’at 18 desember 2020. Tujuannya agar Rizieq Shihab segera dibebaskan dan meminta pengusutan kasus baku tembak antara aparat dengan 6 orang laskar FPI.
Juru Bicara FPI Slamet Maarif mengungkapkan bahwa unjuk rasa itu juga akan diikuti oleh ormas lain, yang berafiliasi dengan FPI. Mereka sudah melayangkan surat pemberitahuan demo ke polisi. Namun belum bisa dipastikan berapa orang yang akan berunjuk rasa. Diperkirakan, aksi ini akan diikuti hingga ratusan anggota FPI dan organisai massa lain.
Meski sudah menyerahkan surat pemberitahuan ke kepolisian, namun dipastkan unjuk rasa FPI tidak akan mendapatkan izin. Pertama, mereka minta untuk membebaskan Rizieq Shihab padahal ia jelas bersalah. Negara tidak akan pernah mengeluarkannya sebelum waktunya, ketika panglima FPI ini belum mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kedua, demo di depan istana negara ini jelas melanggar protokol kesehatan, yakni physical distancing. Karena diperkirakan ada ratusan bahkan ribuan orang yang akan datang ke depan Istana Negara dan melakukan long march dengan berdempetan, sebagai tanda solidaritas. Sehingga akan sangat susah menjaga jarak di dalam kerumunan.
Walau mereka sudah menggunakan masker, namun tetap saja unjuk rasa itu berbahaya. Karena berdemo amat melelahkan dan membuat nafas pengap, sehingga para anggota FPI cenderung menurunkan masker. Ketika masker dibuka maka sangat berbahaya, karena bisa jadi di antara pendemo ada OTG yang menularkan corona melalui droplet.
Keberadaan OTG ini yang tidak diperkirakan oleh FPI. Karena mereka tak menunjukkan gejala apa-apa, tapi saat dites rapid atau swab, hasilnya positif covid. Apalagi menurut penelitian WHO, corona bisa menular lewat udara yang pengap, seperti saat suasana unjuk rasa. Sehingga demo yang mengumpulkan massa bisa menimbulkan kluster covid-19 baru.
Apakah FPI tidak berkaca pada kejadian di Petamburan dan Bogor? Ketika ada kerumunan massa yang datang karena mereka ingin bertemu dengan Rzieq Shihab, ternyata menimbulkan kluster corona baru. Sebanyak 80 orang positif terinfeksi virus covid-19, setelah dites oleh petugas kesehatan.
Jangan malah nekat berdemo karena ingin membela Rizieq Shihab, tapi malah kehilangan nyawa karena tertular corona. Melakukan unjuk rasa di masa pandemi bagaikan masuk ke kandang singa. Sudah tahu berbahaya tapi masih nekat dilakukan juga. Keledai saja tak mau terperosok ke dalam lubang yang sama.
Janganlah keras kepala dan tidak mengindahkan protokol kesehatan dan nekat berunjuk rasa. Apa anggota FPI tidak pernah baca berita ketika banyak RS di Jakarta dan daerah lain, yang selalu penuh karena pasien corona? Hargailah para tenaga kesehatan yang bekerja keras di sana dan mengorbankan keselamatannya sendiri, dengan membatalkan aksi demo.
Sebagai warga negara yang baik, mengungkapkan aspirasi boleh-boleh saja. Namun jangan membela orang yang jelas bersalah. Selain itu, kita wajib menaati protokol kesehatan, terutama menjaga jarak. Karena mematuhi protokol sebenarnya demi keselamatan sendiri dan keluarga di rumah.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Tangerang