Oleh : Zakaria )*
Banjir yang melanda Kalimantan Selatan benar-benar memilukan, karena ketinggian air lebih dari 2 meter. Bencana banjir berstatus tanggap darurat karena debit air terus bertambah. Presiden menginstruksikan semua pihak untuk mengatasi banjir di Banua, agar para pengungsi selamat.
Sejak rabu, 13 januari 2021, Kalimantan Selatan diguyur hujan deras sehingga Sungai Pelaihari meluap. Hal ini mengakibatkan banjir di 7 Kabupaten/ Kota, yakni Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tabalong, dan Kabupaten Balangan.
Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penaggulangan Bencana memaparkan bahwa ada 27.111 rumah yang terendam bajir dan 127.709 warga yang mengungsi. Karena banjir makin tinggi (lebih dari 2 meter) dan air belum juga surut, maka bencana ini berubah statusnya menjadi tanggap darurat nasional.
Presiden Jokowi memerintahkan berbagai pihak untuk mengirimkan bantuan secepatnya, termasuk Kepala BNPB, Panglima TNI, dan Kapolri. Bantuan yang utama juga termasuk perahu karet, karena sangat dibutuhkan dalam penanganan bencana banjir di Kalimantan Selatan. Beliau juga berkoordinasi dengan Gubernur Kalsel untuk mendapatkan laporan terkini.
Presiden juga mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap bencana alam akibat cuaca ekstrem. Dalam artian, ketika status bencana banjir ditingkatkan jadi tanggap darurat, maka akan ada evakuasi, penyelamatan, pemberian bantuan, dan perlindungan bagi korban sesegera mungkin. Setelah bencana berakhir maka ada pemulihan sarana dan prasarana.
Pemkot Banjarmasin langsung menanggap instruktur Presiden dengan mendirikan posko di 5 kecamatan dan 52 kelurahan. Sementara, warga mengungsi di ruang publik dan disediakan tak kurang dari 1.500 nasi bungkus per hari. Masyarakat sangat butuh bantuan, karena bisa jadi mereka mengungsi tanpa membawa bekal atau uang kontan.
Bantuan juga mengalir dari masyarakat, bahkan dari luar Kalimantan. Sumbangan berupa sembako dan uang sanagt diapresiasi oleh masyarakat Banua, karena sebagai sesama WNI, mereka memberi perhatian. Pemerintah daerah juga membantu koordinasi agar bantuan benar-benar sampai hingga ke tangan para pengungsi.
Kepala Dinas Sosial Banjarmasin Iwan Ristianto menjelaskan bahwa banjir belum bia ditanggulangi, karena masih hujan deras dan ketinggian air sungai bertambah. Bahkan ada daerah yang ketinggian airnya sampai 3 meter. Namun ia memastikan ada dapur umum yang didirikan di tiap kecamatan, agar para pengungsi selamat dan tidak kelaparan.
Dapur umum sangat penting karena pengungsi sangat butuh logistik. Namun perlu diperhatikan lagi, apakah menunya bergizi atau tidak. Pemerintah daerah Kalsel mengatur agar jangan sampai para pengungsi hanya makan mi instan, karena adanya itu. Apalagi di musim hujan dan banjir, mereka mudah masuk angin dan butuh makanan yang layak untuk dikonsumsi.
Selain itu, untuk masalah lokasi pengungsian juga perlu koordinasi yang teliti. Saat ini masih masa pandemi, sehingga tidak boleh ada pengungsi yang tidur berdesakan dalam ruang yang sempit. Protokol kesehatan seperti jaga jarak dan memakai masker harus tetap ditaati, agar semua pengungsi dan tim SAR, serta perwakilan pemda tidak tertular corona.
Para pengungsi juga selalu diingatkan agar rajin cuci tangan. Apalagi saat banjir, mereka mudah terkena diare, dan salah satu pencegahannya adalah perilaku hidup bersih. Cuci tangan bisa mencegah sakit perut, batuk pilek, dan menolak virus covid-19. Koordinator pengungsi juga memastikan mereka semua menaati protokol kesehatan.
Bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan membuat pengungsi sedih karena rumah mereka terendam air. Presiden langsung tanggap dan mengutus bawahannya agar membereskan banjir, dan mengrim bantuan sesegera mungkin. Bantuan yang diberi tak hanya berupa sembako, makanan, dan pakaian, namun juga perahu karet untuk evakuasi.
)* Penulis adala warganet tinggal di Bogor