Oleh : Moses Waker )*
Vaksinasi corona nasional dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Papua. Vaksin Sinovac akan diinjeksi secara bertahap dan masyarakat sabar menunggu giliran. Ada 1.006 vaksinator untuk menyukseskan gerakan vaksinasi di Bumi Cendrawasih. Mereka sudah terlatih untuk menyuntik sehingga progam ini bisa dilakukan dengan cepat dan tepat.
Sejak awal januari 2021, vaksin Sinovac sudah sampai di Papua. Namun vaksinasi baru dimulai pertengahan bulan, karena menunggu fatwa halal MUI dan izin BPOM. Orang pertama yang menerima vaksin corona di Papua Barat adalah Wakil Kejaksaan Tinggi Papua Barat, Witono, SH, M.Hum. Pada gelombang 1 vaksinasi tersebut, juga ada beberapa dokter dan tokoh masyarakat yang disuntik.
Setelah gelombang 1 vaksinasi, maka ada gelombang selanjutnya. Untuk menyukseskan program vaksinasi, maka selain suplai vaksin, dibutuhkan pula vaksinator alias orang yang menyuntikkannya. Mereka adalah tenaga medis yang andal dan bekerja secara profesional saat vaksinasi.
Sebanyak 1.006 vaksinator disiapkan untuk menyukseskan program vaksinasi corona di Papua. Dokter Aaron Rumainum, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Papua menyatakan bahwa para vaksinator tersebar di 12 kabupaten/kota dari 29 kabupaten/kota yang ada di Papua. Mereka ada di berbagai daerah, mulai dari Nabire sampai Merauke.
Dokter Aaron juga mengungkap bahwa jumlah vaksinator akan bertambah, karena di sejumlah kabupaten belum ada vaksinator terlatih. Oleh karena itu, akan diadakan pelatihan kepada para tenaga medis secara tatap muka. Pelatihan tatap muka dilakukan karena keterbatasan jaringan telekomunikasi. Tujuan pelatihan ini agar para tenaga medis bisa menyuntikkan vaksin dengan benar.
Pemerintah daerah Papua menyiapkan program vaksinasi agar 100% berhasil. Karena mereka ingin agar seluruh masyarakat di Bumi Cendrawasih bebas corona. Selain melatih para vaksinator, juga diatur tentang alat penyimpan vaksin Sinovac. Karena vaksin ini hanya bisa bertahan di suhu 2-8 derajat celcius. Sehingga harus diatur juga distribusi alat pendinginnya, alur pemberiannya, dll.
Selain itu, saat vaksinasi juga diatur agar sesuai protokol kesehatan. Para dokter dan nakes lain yang bertugas, memakai masker dan sarung tangan. Warga sipil Papua juga wajib memakai masker (bukan hanya face shield) dan wajib mencuci tangan sebelum masuk ruangan. Saat mengantre giliran, jarak antar kursi juga diatur agar tetap menaati protokol physical distancing.
Saat ini di Papua baru ada 1.679 orang yang mendapat vaksin corona. Mayoritas dari mereka adalah tenaga medis dan hal ini sangat wajar. Karena menurut instruksi tim penanganan covid-19, yang pertama kali mendapatkan injeksi vaksin Sinovac adalah para dokter dan nakes. Alasannya karena mereka lebih berisiko tinggi ketika berinteraksi dengan pasien.
Namun masyarakat tak usah takut tak mendapatkan vaksin, karena pasti akan mendapat giliran disuntik. Tiap orang akan mendapat 2 kali injeksi vaksin Sinovac dengan jarak 14 hari. Warga sipil Papua tinggal menunggu SMS dari tim satgas penanganan covid-19 yang berisi pemberitahuan jadwal vaksin, lalu datang ke tempat yang telah ditunjuk, untuk diinjeksi.
Penyuntikan vaksin corona hingga ke wilayah Papua menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia menomorsatukan asas keadilan. Semua warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke akan mendapatkan vaksin covid-19. Sabar saja menunggu giliran, karena perkiraannya, program vaksinasi corona nasional akan berlangsung hingga setahun.
Masyarakat Papua sangat mengapresiasi vaksinasi corona di Bumi Cendrawasih. Mereka mau disuntik dan ingin bebas dari serangan virus covid-19 sesegera mungkin. Karena vaksinasi bisa membentuk herd immunity sehingga di Papua dan seluruh wilayah Indonesia bisa bebas dari cengkraman pandemi.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo