Oleh : Alfisyah Dianasari )*
Ketika vaksin Sinovac sudah datang, maka vaksinasi nasional sangat ditunggu oleh masyarakat. Kesuksesan program ini akan membawa keluar Indonesia dari masa pandemi. Agar vaksinasi nasional berhasil, maka hoaks harus diberantas. Karena berita palsu bisa menyesatkan masyarakat dan membuat mereka tidak mau divaksin.
Vaksinasi nasional yang sudah dimulai awal tahun ini adalah program besar pemerintah untuk memberantas corona. Ketika seseorang disuntik vaksin, maka tubuhnya akan kebal dari serangan virus covid-19. Sehingga jumlah pasien corona akan berkurang, lama-lama habis, dan kita bisa keluar dari fase pandemi yang mengerikan.
Namun program ini bisa gagal, jika ada kalangan yang menolak untuk disuntik vaksin. Penyebabnya, mereka sudah terlanjur percaya hoaks tentang vaksin corona yang ada di media sosial. Hoaks bisa mudah dipercaya oleh pengguna medsos, karena ketika membuka gawai mereka dalam keadaan santai. Sehingga berita palsu masuk ke alam bawah sadar dan tidak disadari kebohongannya.
Hoaks tentang vaksin corona ada bermacam-macam, salah satunya adalah kabar bohong yang berkata bahwa vaksin dibuat dari sel monyet. Padahal yang benar adalah vaksin Sinovac terbuat dari virus yang dilemahkan. Selain itu ada pula hoaks bahwa vaksin berbahaya karena mengandung chip, padahal chip ukurannya besar dan tidak bisa larut dalam cairan vaksin.
Hoaks seperti ini sangat menyebalkan, karena berpotensi merusak keberhasilan program vaksininasi nasional. Penyebabnya karena banyak orang yang akhirnya takut disuntik vaksin, dan akhirnya kekebalan kelompok gagal terjadi. Akibatnya kita terancam didera pandemi berkepanjangan. Bukankah ini bagaikan mimpi buruk yang tak berkesudahan?
Oleh karena itu, warganet diharap ikut aktif dalam perang melawan hoaks vaksin corona. Mengapa harus netizen? Karena penduduk Indonesia adalah pengguna media sosial terbesar ketiga di dunia, sehingga mereka mengakses Facebook, Twitter, dan Instagram selama lebih dari 1 jam setiap hari. Kampanye di internet dinilai lebih efektif daripada kampanye biasa.
Kampanye di media sosial bisa dijalankan dengan membuat status positif di Facebook mengenai vaksin corona, dan menyatakan diri untuk siap disuntik. Cara lain adalah dengan menjelaskan bahwa hoaks tentang virus corona tidak benar adanya, karena vaksin ini aman, sudah lolos uji BPOM, dan dijamin halal oleh MUI.
Warganet yang suka nongkrong di Twitter juga bisa membuat tweet berisi ajakan untuk melawan hoaks corona. Tweet ini bisa diberi hashtag misalnya #antihoaks #perangihoaks , atau yang lain, sehingga bisa diviralkan. Banyak orang yang me-retweet dan membacanya, lalu ikut juga berkampanye untuk melawan hoaks tentang vaksin corona.
Pemerintah juga mendukung pemberantasan hoaks dengan cara membuat Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi. Gerakan yang digagas oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bertujuan untuk memberantas hoaks yang menjadi-jadi di Indonesia. Sehingga anggota gerakan ini bisa jadi buzzer yang berkampanye anti hoaks, termasuk anti berita palsu tentang vaksin corona.
Gerakan ini sudah diadakan di seluruh Indonesia dan rata-rata diikuti oleh kaum muda. Netizen yang masih remaja memang lebih sering mengakses internet, dan mereka diarahkan agar berseluncur di dunia maya sambil menebarkan aura positif dan memerangi hoaks. Sehingga banyak orang yang akhirnya sadar bahwa hoaks tentang vaksin corona itu hanya sebuah kebohongan.
Pemberantasan hoaks tentang vaksin corona masih berlanjut dan netizen diminta untuk aktif berperan dalam melawannya. Kita tentu ingin segera bebas corona. Oleh karena itu, vaksinasi harus disukseskan dengan mematikan sumber berita hoaks, dan mengedukasi masyarakat. Ketika mereka sudah bisa membedakan berita yang valid dengan yang palsu, maka akan tidak mudah percaya oleh hoaks.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Depok