impresionis.com – Seperti tak ada jeranya ketika sejumlah pihak membuat penilaian tersendiri merespon sebuah kejadian tertentu, bahkan ketika harus dilakukan secara kontroversif. Mereka seperti tidak mau tahu atau sengaja membatu tidak memperhatikan dampak akibat yang mungkin ditimbulkan. Kali ini, berkaitan dengan adanya Insiden kerusuhan di Wamena Jayawijaya yang telah menewaskan lebih dari 10 warga masyarakat kemudian mendapat respon ekstrim dari kelompok Jaringan Damai Papua (JDP). Melalui juru bicaranya, Yan Christian Warinusi menyebut bahwa kasus Insiden Wamena yang terjadi pada 23 Februari 2023 lalu merupakan upaya pengalihan perhatian terkait penyanderaan Pilot Philip Mark Mehrtens di Nduga.
Menurutnya, dengan penggunaan isu penculikan anak sesungguhnya pernah terjadi dan memakan korban seorang perempuan dengan gangguan mental yang kemudian dihakimi masyarakat hingga dibakar hidup-hidup di kota Sorong Papua Barat belum lama ini. Artinya, terkait isu adanya penculikan anak, belum terdapat bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Belum terdapat perkara yang bergulir setelah terduga pelakunya ditangkap dan diproses hukum hingga di pengadilan. Sementara itu di sisi lain, perhatian dunia sedang mengarah pada nasib pilot Susi Air yang masih disandera oleh OPM pimpinan Egianus Kogoya.
Sebuah penilaian dari kelompok yang menggunakan jargon kedamaian sebagai nama sekaligus simbol, namun jauh dari kesan damai dalam menilai sebuah kasus atau insiden yang telah banyak memakan korban nyawa. Meski saat ini, berdasarkan pernyataan dari Polda Papua bahwa wilayah Wamena berangsur-angsur pulih dan normal. Namun bukan sebuah hal mustahil, percikan api bakal muncul lagi jika terdapat penilaian seperti yang dilakukan JDP. Unsur persuasif akan membangkitkan api dalam sekam yang tadinya telah mulai padam seiring dengan ‘siraman-siraman’ menyejukkan dari sejumlah tokoh masyarakat atau agama.
Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri dengan rendah hati juga telah menyatakan sikap permintaan maaf atas kejadian kerusuhan tersebut, serta turut menyatakan berduka cita atas meninggalnya para korban, baik dari Orang Asli Papua (OAP) maupun masyarakat pendatang. Pihaknya berharap kerusuhan yang dipicu informasi hoaks tersebut menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak. Tak ada lagi hal serupa terjadi di waktu-waktu yang akan datang. Dirinya juga telah memerintahkan kepada seluruh Polres untuk merespon cepat apabila menemukan isu-isu provokatif. Bahkan meminta jajarannya agar mampu memberikan pencerahan dan penjelasan kepada masyarakat.
Wamena Butuh Penjernihan Situasi, Bukan Malah Dipanas-panasi
Penilaian yang menjurus ke provokasi terkait insiden Wamena sebenarnya tak hanya dari JDP saja. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem. Menyatakan bahwa dirinya menduga terdapat pelanggaran HAM dalam kasus kericuhan di Sinakma Wamena. Pelanggaran yang dimaksud terjadi pada penanganan oleh aparat keamanan. Opini serupa juga muncul dari Amnesty Internasional Indonesia yang menyesalkan adanya korban jiwa dan penggunaan kekuatan yang eksesif oleh aparat negara. Melalui Direktur Eksekutifnya, Usman Hamid mendesak dilakukan investigasi yang serius untuk mengusut tuntas insiden tersebut.
Merespon sejumlah opini tersebut, Pengamat terorisme dan intelijen Stanislaus Riyanta, mengingatkan kepada Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem untuk tidak menggiring opini terlalu jauh dan bahkan mengarah kepada provokasi. Khususnya mengenai pesoalan kerusuhan di sebagian wilayah Wamena. Pasalnya, pernyataan yang disampaikan Theo bukanlah menjernihkan situasi, namun justru berpotensi memperpanjang durasi terjadinya pergesekan. Komentar saling tuduh justru membuat kejadian ini tidak kunjung selesai.
Menurut Stanislaus, saat ini yang dibutuhkan adalah pernyataan dari para tokoh masyarakat yang bisa menenangkan warga. Pada akhirnya nanti, setelah aparat keamanan berhasil menciptakan situasi yang kondusif, baru bisa diuraikan dari awal persoalan yang memakan puluhan korban jiwa tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, Persatuan Pemuda Papua untuk Indonesia (PPPI) juga mengimbau masyarakat Wamena menahan diri agar tidak terprovokasi. Langkah aparat kepolisian disebut sudah tepat dalam mengendalikan situasi dan jangan sampai terjadi saling serang sesama anak bangsa. PPPI berharap kepada masyarakat Wamena jangan sampai adanya insiden ini disusupi oleh para provokator yang ingin agar kerusuhan membesar. Kemudian, perlu diingat juga jangan sampai isu tersebut diarahkan seolah-olah pihak aparat yang kemudian disudutkan.
Klarifikasi Penanganan saat Kerusuhan di Wamena
Dampak kasus Wamena berdasarkan data yang telah terhimpun. Jumlah korban jiwa yang tadinya hanya 7 orang kemudian bertambah menjadi 12 orang. Hal tersebut praktis menjadikan tanya bagi sebagian pihak, salah satunya berkaitan dengan pola penanganan yang dilakukan Polri di situasi tersebut. Kondisi ini sekaligus menjawab pertanyaan dari Amnesty Internasional yang telah menilai bahwa terdapat penggunaan kekuatan yang eksesif oleh aparat negara dalam insiden di Wamena.
Pihak kepolisian melalui Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Prabowo menegaskan bahwa telah bertindak sesuai prosedur tetap (protap) saat menghadapi massa dalam kerusuhan di Wamena. Disebutkan bahwa tidak ada anggota Polri yang tidak takut saat berhadapan dengan massa brutal yang menggunakan panah. Untuk menghentikan hal tersebut, maka pihaknya terpaksa mengeluarkan tembakan ke arah kaki. Saat ini, kepolisian telah menahan 13 orang yang terlibat dalam kerusuhan untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Menjadi pembelajaran bersama, bahwa dalam implementasinya, Pemerintah Daerah (Pemda) Papua juga memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Pihak Pemda harus mampu membina masyarat Papua dengan memberikan pendidikan yang cukup. Mengapa demikian, karena salah satu faktor terjadinya kerusuhan di Papua adalah latar belakang pendidikan warga yang masih rendah. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, harusnya menjadikannya lebih bijak dan tidak mudah terprovokasi, atau bahkan bertindak anarkis.
Sejumlah Upaya Mengembalikan Situasi Aman Wamena
Meski kerusuhan tidak kemudian memanjang dan cenderung kondusif, hingga saat ini sejumlah upaya masih dilakukan oleh aparat keamaan untuk meredam situasi. Salah satu upaya tersebut datang dari Dandim 1702/Jwy. Letkol Cpn Anthenius Murip yang kemudian mengumpulkan anak-anak adat sebagai upaya mengembalikan situasi agar semakin aman dan kondusif pasca kerusuhan. Selain itu, komunikasi dengan para tokoh setempat juga terus dilakukan, seperti dengan Polres, Pemkab Jayawijaya, Pembak Lanny Jaya dan Pemkab Nduga. Hal serupa juga tengah dilakukan oleh pemerintah daerah, tokoh masyarakat untuk turut serta menciptakan kembali suasana aman di wamena.
Pada akhirnya, hal yang dibutuhkan oleh publik terutama masyarakat Wamena yang diketahui banyak yang mengungsi atau bahkan kemudian merasakan trauma pasca kejadian kerusuhan adalah pernyataan yang menyejukkan dan melegakan. Munculnya penilaian yang menohok dari Jaringan Damai Papua seperti sedang mengingkari nama organisasinya sendiri. Bahwa tuduhan pengalihan isu terkait penyanderaan Pilot Susi Air bukanlah sebuah jalan damai untuk membuat Wamena kembali normal dan kondusif seperti sebelumnya.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)