Optimalisasi Teknologi Tinggi dan Pertanian Presisi: Kunci Pemerintah Capai Swasembada Pangan

Read Time:4 Minute, 2 Second

Oleh: Puteri Dewi Aruan )*

Kemajuan teknologi tinggi dan penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi tonggak penting dalam mempercepat transformasi sektor pertanian nasional. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah menegaskan komitmennya untuk mewujudkan swasembada pangan melalui pendekatan ilmiah, terukur, dan berbasis data. Langkah ini bukan sekadar strategi pembangunan, melainkan lompatan besar menuju kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional di tengah dinamika global yang kian kompetitif.

Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa penggunaan kecerdasan buatan dan teknologi presisi menjadi kunci utama Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan dan kelaparan. Pemerintah menyadari bahwa di era digital, ketahanan pangan tidak lagi hanya bergantung pada luas lahan atau tenaga kerja, melainkan pada kemampuan negara dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Dengan kecerdasan buatan, sistem pertanian kini mampu memprediksi cuaca, menentukan pola tanam terbaik, hingga mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk, yang semuanya bermuara pada hasil panen yang lebih tinggi dan berkualitas.

Keberhasilan penerapan teknologi tinggi ini mulai dirasakan nyata. Berdasarkan laporan pemerintah, produksi beras nasional pada 2025 mencapai 33,1 juta ton dan diperkirakan menembus 34 juta ton di akhir tahun, meningkat empat juta ton dibanding tahun sebelumnya. Produksi jagung pun melonjak hingga 30 persen, menjadikan Indonesia semakin dekat pada target swasembada. Bahkan, cadangan beras nasional di gudang pemerintah kini mencapai angka bersejarah sebesar 4,2 juta ton. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut, jika tidak ada gangguan iklim ekstrem, Indonesia akan segera berhenti mengimpor beras dalam waktu dekat sebuah pencapaian monumental dalam sejarah pertanian modern bangsa.

Kebijakan pemerintah ini berjalan beriringan dengan kemajuan riset dan inovasi yang lahir dari kampus dan lembaga penelitian nasional. Universitas Hasanuddin (Unhas), misalnya, telah menciptakan terobosan dengan menghadirkan Rice Seed Spreading Drone, sebuah drone penyebar benih padi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi tanam dan menekan biaya produksi. Drone ini menggunakan sistem GPS berpresisi tinggi yang memastikan distribusi benih lebih merata dan seragam, sehingga menghasilkan pola tanam yang rapi dan pertumbuhan tanaman yang optimal. Kementerian Pertanian bahkan telah menyatakan kesiapan mengakuisisi seribu unit drone tersebut sebagai bagian dari program modernisasi pertanian nasional.

Menurut Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, inovasi ini menjadi simbol kemajuan dan kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi agrikultur. Sementara Ketua Tim Pengembang drone, Dr. Eng. Andi Amijoyo Mochtar, menjelaskan bahwa desain tersebut merupakan jawaban konkret terhadap tantangan petani di lapangan yang membutuhkan solusi efisien, presisi, dan hemat tenaga kerja. Langkah ini menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha menjadi elemen penting dalam memperkuat ekosistem pertanian berbasis inovasi.

Penerapan teknologi tinggi dalam pertanian membawa Indonesia memasuki era baru, yang dikenal dengan konsep Pertanian Presisi (Smart Farming). Sistem ini menggunakan data, sensor, citra satelit, dan algoritma kecerdasan buatan untuk membantu petani membuat keputusan yang lebih akurat mulai dari waktu tanam, kebutuhan air, hingga pemupukan dan pengendalian hama. Hasilnya, produktivitas dapat meningkat hingga dua kali lipat, sementara penggunaan sumber daya alam menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.

Menurut Kepala Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian Perkebunan, Kementerian Pertanian, Dr. I Ketut Kariyasa, sektor pertanian adalah kekuatan utama bangsa. Dari sawah dan ladang yang dikelola dengan teknologi modern, Indonesia tidak hanya menghasilkan pangan untuk rakyatnya, tetapi juga menegakkan kedaulatan ekonomi nasional. pembangunan pertanian berbasis inovasi adalah jalan menuju pertanian maju, mandiri, dan berkelanjutan yang menjadi pondasi Indonesia Emas 2045.

Kementerian Pertanian pun telah menginisiasi Program Kemandirian Pangan 2025, yang meliputi optimalisasi lahan seluas 500.000 hektare, pembangunan irigasi baru 225.000 hektare, serta penerapan pompa air pertanian di 500.000 hektare area produksi. Program ini dipadukan dengan mekanisasi pertanian menggunakan traktor modern, combine harvester, rice transplanter, dan drone pertanian yang mampu menurunkan biaya produksi hingga 50 persen. Semua langkah ini diarahkan untuk memastikan setiap petani dapat bekerja dengan produktif dan efisien di tengah perubahan iklim dan kebutuhan pangan global yang terus meningkat.

Transformasi digital pertanian juga menjadi daya tarik bagi generasi muda. Melalui program Petani Milenial, Duta Milenial Pertanian, dan Brigade Pangan, pemerintah berupaya menghadirkan wajah baru sektor pertanian sebagai bidang yang modern, inovatif, dan menjanjikan secara ekonomi. Generasi muda kini memiliki peluang besar menjadi pelaku utama agribisnis dan agritech, membawa semangat kewirausahaan digital ke desa-desa dan lahan produksi nasional.

Optimalisasi teknologi tinggi dan pertanian presisi tidak hanya menciptakan lompatan produktivitas, tetapi juga menjadi simbol kemandirian bangsa dalam mengelola sumber daya sendiri. Di tengah krisis pangan global dan tekanan ekonomi internasional, Indonesia justru mampu menunjukkan bahwa ketahanan pangan dapat dicapai melalui inovasi, kolaborasi, dan keberanian mengambil langkah besar. Dengan kepemimpinan visioner dan dukungan riset yang kuat, pemerintah menapaki jalan menuju swasembada pangan bukan sekadar mimpi, melainkan kenyataan yang semakin dekat terwujud.

Melalui strategi besar ini, Indonesia tengah meneguhkan posisinya sebagai kekuatan baru di bidang pertanian modern dunia—sebuah bangsa yang tak hanya mampu memberi makan rakyatnya sendiri, tetapi juga menjadi penopang ketahanan pangan global. Pertanian berbasis teknologi tinggi adalah masa depan Indonesia, dan masa depan itu kini sedang tumbuh subur di setiap hamparan sawah negeri ini.

)* Penulis merupakan jurnalis ekonomi dan pembangunan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %