Oleh : Raavi Ramadhan )*
Covid-19 telah menjadi tantangan secara global dan membutuhkan tindakan nyata dalam menangananinya. Tidak hanya peran negara, tetapi seluruh elemen bangsa baik individu maupun kelompok.
Untuk terbebas dari cengkeraman pandemi, tentu saja ada beberapa hal yang harus dilakukan, seperti membatasi jumlah orang yang terinfeksi virus. Melengkapi Keluarga dengan perlengkapan penting dalam keadaan darurat, dan membatasi diri dari tempat maupun acara-acara besar yang dapat menjadi lokasi infeksi virus menyebar.
Mematuhi protokol kesehatan tentu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh anggota keluarga, seperti menjaga jarak, penggunaan masker, hingga pembiasaan cuci tangan sebelum masuk kedalam rumah atau tempat tertentu.
Pemerintah tentu memiliki andil dalam membuat regulasi agar angka penularan covid-19 tidak semakin meningkat. Seperti mewajibkan pemakaian masker, terutama masker non medis yang dapat dibuat sendiri atau dijual banyak di pasaran. Selain masker masyarkat juga wajib membawa handsanitizer dan rajin cuci tangan dengan sabun.
Di level daerah, pemerintah dan beberapa relawan juga telah membuat wadah cuci tangan di tempat publik. Namun sepertinya tempat cuci tersebut cenderung mahal untuk dibuat. Timbulah pertanyaan apakah masyarakat bisa menyediakan wadah cuci tangan dengan harga yang terjangkau.
Jawabannya tentu sangat bisa, karena bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang kreatif, tak ada kran galon bekas-pun jadi. Selain itu juga bisa menggunakan ember bekas dengan membuat lubang dibagian bawahnya.
Gerakan ini tentu saja perlu disosialisasikan, sehingga sebelum memasuki kantor atau rumah, tangan kita sudah dalam keadaan bersih dan bebas dari kuman.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti pernah mengatakan bahwa kunci membangun bangsa yang maju adalah membangun bangsa yang sehat dan spirit yang kuat, maka kesehatan itu merupakan investasi untuk membangun bangsa yang kuat.
Perusahaan tentu harus menerapkan kebijakan untuk mencegah karyawannya agar tidak terpapar virus corona. Jika ada karyawan yang sakit atau berisiko terpapar virus maka karyawan tersebut harus tetap di rumah.
Selain itu, perusahaan harus mengurangi jam kerja atau jam lembur. Sistem ventilasi udara juga harus diperbaiki agar udara segar dapat terjaga di tempat kerja maupun di ruang – ruang pertemuan sosial. Protokol selanjutnya adalah perusahaan juga wajib menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadahi lengkap dengan pengering tangan.
Sementara itu, covid-19 juga mengajarkan kita tentang apa itu kesederhanaan, dimana pada saat pandemi, siapapun yang hendak menikah tentu harus bersedia mengurangi list siapa saja yang akan diundang dalam pesta pernikahan.
Karena memaksakan diri untuk menggelar pesta pernikahan di tengah pandemi, justru akan membahayakan diri, keluarga dan orang lain. Tentu saja jangan sampai kasus akad nikah berujung duka yang terjadi pada pertengahan Juni 2020 lalu di kota Semarang terjadi kembali. Padahal waktu itu pihak keluarga tidak menggelar pesta pernikahan, hanya akad nikah biasa, tetapi kurang mematuhi protokol kesehatan.
Setelah penyelenggaraan acara tersebut, Ibu Pengantin dan adik pengantin perempuan dikabarkan meninggal dunia. Beberapa keluarga dan mereka yang hadir pun setelah di-tracing dan dilakukan pemeriksaan oleh pemerintahan kota semarang dinyatakan positif covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa acara pernikahan tersebut menjadi cluster baru penyebaran covid-19 di Semarang.
Siapapun tentu tidak ingin momen bahagia berujung kesedihan. Oleh karena itu protokol kesehatan tentu harus diterapkan sebaik-baiknya. Memang bagi sebagian orang akan merasa hambar jika momen pernikahan hanya diselenggarakan tanpa pesta.
Setidaknya hal ini telah memberikan pesan kepada kita, agar tetap sederhana dalam menjalani hidup. Bagi mereka yang kurang dalam kemampuan finansial, pandemi covid-19 tentu mengajarkan agar tidak memaksa diri mencari biaya dengan mengajukan pinjaman untuk menggelar pesta pernikahan secara besar-besaran. Karena hal ini justru akan menjadi beban ketika mengangsurnya.
Covid-19 memang memberikan banyak tantangan, baik secara kesehatan maupun finansial. Bangsa yang kuat adalah bangsa dimana pemerintah dan seluruh elemen masyarakat bersinergi dalam melawan covid-19.
)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor