Oleh : Deka Prawira )*
Uraian penerapan prokes atau protokol kesehatan mulai digalakkan. Tak hanya mengawali tahun 2021 ini. Namun, tahun sebelumnya sejak pandemi masih menunjukkan taringnya. Bahkan, sejumlah operasi terkait prokes ini makin ditingkatkan.
Menerapkan protokol kesehatan kini bukan hanya sebagai formalitas semata. Namun telah menjadi rutinitas yang wajib dipatuhi saat pandemi masih menyerang. Pandemi yang telah menyelimuti hampir setahun terakhir ini memaksa kebiasaan masyarakat untuk terus mengalami penyesuaian.
Menurut pakar kesehatan masyarakat yakni Dr Hermawan Saputra. Beliau turut mengingatkan jika masyarakat agar semakin disiplin dalam penerapan prokes. Lebih tepatnya pada era adaptasi kebiasaan baru.
Meski sekolah tatap muka hingga sektor lainnya sempat dibuka, namun menilik angka peningkatan COVID-19. Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan kelas daring juga PSBB resmi dilakukan. Bahkan PSBB dilakukan dengan skala lebih ketat.
Bahkan, ada pemberian sanksi kepada pihak pelanggar jika secara sengaja melanggar aturan tersebut. Bukan hanya aturan tertulis saja, pihak aparatur negara seperti kepolisian turut mengadakan operasi.
Di beberapa daerah telah diberlakukan operasi masker, hingga jam buka-tutup usaha. Hal ini dimaksudkan agar seluruh pihak mampu menjaga satu sama lain. Dalam menekan angka penyebaran COVID-19. Mengingat ekspansi virus ini cukup cepat sehingga membutuhkan penanganan yang sangat serius.
Penerapan protokol kesehatan ditengarai memiliki cakupan yang luas. Hal ini tentu harus dimulai dari kebersihan diri. Mencuci tangan dengan sabun setiap hendak beraktivitas. Termasuk saat mengakhiri aktivitas tersebut.
Makan makanan yang dimasak dengan benar, memakai masker hingga mengusulkan penyemprotan cairan desinfektan secara berkala. Bahkan, di tempat umum juga diwajibkan melakukan pembatasan sosial. Sehingga, antara orang satu dengan lainnya tidak langsung berkontak.
Hal ini diklaim cukup efektif untuk memerangi Corona. Lebih-lebih dengan adanya program di rumah saja. Agar virus mampu ditanggulangi dengan sempurna. Ditilik dari kasus-kasus yang bermunculan dengan beragam klaster. Membuat pemerintah getol melakukan sejumlah usaha yang nyata.
Klaster-klaster baru yang nyatanya berdampingan dengan keseharian kita. Atau bahkan mungkin beriringan dengan mobilitas sehari-hari. Memang layak diwaspadai, gejala-gejala COVID-19 ini seolah tak bisa diprediksi.
Terlebih OTG alias Orang tanpa gejala yang harus ekstra warning. Sebab, banyak ditemukan penyebaran dengan tipe berikut. Tahu-tahu ketika dites antigen atau PCR sudah positif saja. Bukankah hal ini cukup menakutkan.
Maka dari itu imbauan-imbauan hingga sederet prokes yang diberikan oleh pemerintah, harap bisa dipatuhi. Hal ini demi menjaga diri juga orang-orang yang kita sayangi. Tak menyangkal jika era kebiasaan baru ini terkesan ribet atau merepotkan.
Salah satunya pemakaian masker yang terkadang membuat kondisi pernapasan pengap. Namun segala hal baik dimulai dari yang terkecil dahulu. Diniatkan agar menjadi kebiasaan yang mudah untuk dilakoni.
Jika sudah demikian, sinyalemen otak serta tubuh akan otomatis betkontribusi mendukung kegiatan ini. Alarm-alarm otak secara alami akan mengingatkan kita terkait prokes. Yang mana telah tertanam baik didalam diri.
Bisa jadi kedepan kebiasaan ini membawa banyak keuntungan. Dengan ada atau tidaknya COVID-19, hidup akan menjadi lebih sehat, lebih aware dengan dunia luar. Termasuk waspada menghadapi segala kondisi kesehatan.
Toh, prokes ini diterapkan demi kebaikan bersama. Tak mungkin kan, semua ini dilakukan sendiri. Makanya, kita semua wajib berbenah. Sadar betul atas pandemi yang seolah enggan pergi serta membuat tatanan hidup menjadi tak menentu.
Kendati demikian, pastilah akan selalu ada hikmah disetiap kejadian. Kolaborasi seluruh elemen negara ini diperlukan. Menjaga satu sama lain menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Kemungkinan saja masker yang kita kenakan ialah upaya menjaga orang lain dari kita.
Mengingat, kitapun juga berpotensi memularkan, bukan. Stop bersifat egois, negatif thinking hingga asumsi-asumsi salah. Sebab, hal ini dapat memperburuk keadaan. Situasi yang tak kondusif sangat rentan membuat ekspansi COVID-19 meningkat.
Ya, seperti munculnya klaster baru seperti yang telah disinggung diatas. Menyadari jika COVID-19 ini memang mengancam. Ada baiknya bersegera mengubah kebiasaan untuk disiplin prokes. Ingat pepatah, sedia payung sebelum hujan. Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Mari bergotong royong melawan COVID-19. Agar penyebaran mampu ditekan dengan cepat, sehingga harapan hidup normal akan segera bisa disongsong kembali. Yakinlah!
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini