Kelompok Separatis Papua Tebar Provokasi Sebut Korban Penyerangan di Pegunungan Bintang Merupakan Aparat

Kelompok Separatis Pimpinan Nason Mimin
0 0
Read Time:5 Minute, 14 Second

impresionis.com – Belum juga mereda momentum peringatan hari HAM sedunia yang dimanfaatkan oleh sejumlah organisasi termasuk underbow kelompok separatis seperti Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Petisi Rakyat Papua (PRP) untuk menyampaikan orasi terkait permasalahan HAM khususnya di Papua. Terjadi sebuah peristiwa pembunuhan yang melibatkan kelompok separatis dan teroris (KST) Papua atau lebih sering disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap masyarakat sekitar di wilayah pegunungan Bintang yang diketahui berprofesi sebagai tukang ojek. Mirisnya, pasca kejadian tersebut terdapat informasi yang dibelokkan dengan klaim bahwa korban yang dibunuh merupakan aparat keamanan yang sedang menyamar.

Dikutip dari pemberitaan suarapapua.com, bahwa Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XXXV Bintang Timur memberikan klaim bahwa pihaknya telah menembak mati anggota intelijen yang menyamar sebagai tukang ojek di jalan trans Jayapura Oksibil Pegunungan Bintang di Mangabip Distri Okaom pada 5 Desember 2022 lalu. Klaim tersebut berawal dari sebuah video yang diunggah di media sosial kemudian menyebar hingga pemberitaan media online.

Tindakan Licik Kelompok Separatis Selipkan Pistol di Tubuh Korban Lantas Tuduh Sebagai Aparat

Kasus pembunuhan yang kemudian diketahui dilakukan oleh KST pimpinan Nason Mimin tersebut kemudian mendapat respon dari pihak TNI perihal adanya klaim bahwa korban merupakan aparat keamanan. Komandan Resor Militer (Korem) 172/PWY Brigjen TNI J.O Sembiring secara tegas menyatakan bahwa tiga korban tewas merupakan masyarakat sipil yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang ojek. Aksi pembunuhan tidak diajarkan di agama apapun, tak ada yang mengajarkan melakukan pembantaian keji kemudian direkam dan disebarkan untuk menebar ketakutan di masyarakat. Sebuah hal licik juga telah dilakukan oleh kelompok separatis yang menuduh korban sebagai aparat intelijen dengan menyelipkan senjata sejenis pistol di tubuh korban setelah sebelumnya dianiaya sehingga seolah-olah adalah barang yang dibawa oleh korban. Hal tersebut termasuk dalam upaya untuk menutupi kebiadaban dan membenarkan apa yang mereka lakukan.

Dari laporan yang diterima, disebutkan bahwa saat insiden penembakan korban bersama 6 orang rekan seprofesinya sedang menunggu penumpang di kampung Mangabib, Distrik Oksebang. Saat berada di pangkalan ojek, tiba-tiba kelompok separatis pimpinan Nason Mimin tersebut datang dan menembak sehingga kemudian terdapat 3 orang meninggal dan 3 orang lainnya berhasil diselamatkan warga seteleh melarikan diri. Adanya pistol yang digunakan oleh KST untuk diselipkan di tubuh korban diindikasi merupakan salah satu jenis senjata milik organik TNI AD yang sempat hilang ketika Heli MI 17 milik Penerban jatuh pada tahun 2019 lalu di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Sejumlah Aksi Penyerangan Kelompok Separatis Papua Terhadap Tukang Ojek

Dalam rentang beberapa tahun terakhir, kejadian penyerangan yang dilakukan oleh kelompok separatis terhadap tukang ojek terjadi secara acak di sejumlah daerah rawan dengan kondisi korban luka parah hingga meninggal dunia. Di bulan Maret tahun 2021, kelompok separatis menembak seorang tukang ojek bernama Udin di kampung Eromaga. Korban saat itu baru mengantar penumpang kemudian ditembak mengenai dada kanan tembus punggung, serta luka tembak pada pipi kiri. Masih di tahun yang sama, di bulan Oktober seorang pengemudi ojek bernama Jusalim di tembak di bagian kepala oleh dua orang yang menyamar sebagai orang yang minta diantar. Beruntung, dirinya sempat menoleh sehingga hanya melukai bagian pipi, kejadian tersebut terjadi di Jembatan Kali Ilami Kampung Wako Puncak, Papua.

Di Tahun 2020, di bulan September dua tukang ojek di kampung Mamba, Kabupaten Intan Jaya mengalami luka tembak setelah ditembak oleh kelompok separatis yang berafiliasi kepada OPM. Kemudian pada tahun 2019, tiga tukang ojek tewas setelah ditembak oleh kelompok bersenjata pimpinan Lekagak Telenggen di distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua. Ketiga korban ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala dan sayatan senjata tajam di sekujur tubuh. Lalu pada bulan Juni tahun 2018, anggota polisi yang sedang piket menerima laporan dari warga yang menemukan sesosok manusia dalam kondisi terkapar dan berlumuran darah yang kemudian diketahui seorang tukang ojek. Kejadian tersebut terjadi di Distrik Kalome, Puncak Jaya.

Menjelang pelaksanaan Pilkada tahun 2017 lalu, dua tukang ojek tewas setelah ditembak oleh kelompok Goliath Tabuni karena kecewa atas tuntutannya terkait kasus kecelakaan yang melibatkan keluarganya belum direalisasikan oleh pemerintah sehingga melampiaskan kepada kedua tukang ojek tersebut. Kejadian penyerangan juga pernah terjadi di tahun 2013, ketika seorang tukang ojek ditembak oleh orang tak dikenal di sekitar kali Semen, Kampung Wandengobak, Distrik Mulia. Korban meninggal dunia di tempat dengan mengalami luka tembak di bagian atas puting susu sebelah kanan tembus ke punggung kanan.

Motif Kejam Kelompok Separatis untuk Tunjukkan Eksistensi

Sejak bertahun-tahun masyarakat di sebagian wilayah Papua merasakan ketidaknyamanan dan ketidakamanan hidup berdampingan dengan kelompok separatis yang cenderung bertindak anarkis. Mereka menjadi sumber penderitaan bagi masyarakat dengan sering bertindak kejam melakukan aksi teror hingga menyebabkan banyak orang kehilangan nyawa.

Dari awal, kehadiran KST Papua bertujuan untuk merdeka dengan segala upaya melepaskan diri dari NKRI. Salah satu upaya yang mereka lakukan yakni melalui kekerasan yang kemudian menimbulkan korban, tidak hanya dari aparat, namun juga telah menyasar masyarakat sipil tanpa rasa belas kasihan. Sebagian dari mereka menganggap bahwa orang-orang sipil telah menjadi mata dan telinga aparat, termasuk yang terjadi kepada sejumlah tukang ojek sehingga menurut mereka perlu untuk dilakukan penyerangan.

Penyerangan terhadap warga sipil juga bisa disebuat sebagai strategi kelompok separatis untuk menginternasionalisasi permasalahan Papua. Mereka hanya ingin agar situasi di Papua tidak aman, militer turun ke Papua lebih banyak, sehingga mata dunia, dalam hal ini PBB bisa melihat bagaimana Papua menjadi daerah perang, yang mengkorbankan ribuan bahkan ratusan ribu warga sipil. Diciptakanlah propaganda dengan menyerang warga sipil, merusak fasilitas daerah, serta membuat situasi tak aman sehingga keinginan mereka agar PBB turun tangan dan berujung pada referendum atau penentuan nasib bagi masyarakat Papua.

Pengamat Intelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta sependapat bahwa aksi yang dilakukan Kelompok Separatis di Papua merupakan strategi dari mereka, yakni motif eksistensi ingin menunjukkan keberadaan mereka. Selain itu, mereka juga menunjukkan perlawanan terhadap program-program pemerintah. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional – Pemuda Adat Papua (DPN-PAP) Jan Christian Arebo, menyatakan bahwa kelompok separatis menjadi berani dan brutal dalam melakukan aksinya karena merasa mendapat dukungan. Diketahui bahwa terdapat peran-peran oknum di Papua yang mengatasnamakan Dewan Gereja yang hingga sampai hari ini terus bersuara mendukung Papua Merdeka.

Pada akhirnya pemerintah perlu merombak pendekatan untuk meredam kelompok separatis yang hingga kini masih berupaya menunjukkan eksistensinya serta berjuang memerdekakan diri dari Indonesia. Evaluasi kebijakan pengamanan di Papua secara menyeluruh sangat mendesak. Jangan sampai terjadi lagi adanya korban dari tukang ojek, warga sipil, atau dari manapun yang menjadi ‘tumbal’ motif eksisitensi dari kelompok separatis di Papua.

__

Agus Kosek

(Pemerhati Masalah Papua)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
%d bloggers like this: