Oleh : Abdul Razak )*
Kembalinya Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia diwarnai kericuhan di Bandara Soekarno Hatta, karena ada ribuan massa yang ngotot untuk menjemput. Padahal sudah ada peringatan agar mereka mematuhi protokol kesehatan, tapi tetap saja dilanggar. Saat ada kawanan fans HRS, dikhawatirkan ada klaster corona baru.
Ribuan orang menyambut kedatangan Habib Rizieq saat ia datang ke Indonesia, tanggal 10 november lalu. Mereka jelas melanggar physical distancing tapi tak mempedulikan protokol tersebut. Walau sudah memakai masker, tapi tetap bahaya karena corona bisa menular lewat udara pengap, seperti keadaan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang dipadati oleh mereka.
Situasi ini makin runyam karena Rizieq Shihab menolak untuk melakukan tes swab ulang dan karantina 14 hari, karena sudah melakukannya di Arab. Padahal bisa saja ada penularan di dalam perjalanan. Massa pendukung HRS juga tidak takut untuk mendekat, bahkan berbondong-bondong datang dari luar Jakarta, demi bersalaman dengannya.
Setelah turun dari pesawat, HRS kembali ke rumahnya dan masih saja dikawal oleh pendukungnya. Situasi di sekitar huniannya jadi penuh sesak. Mereka seakan lupa sekarang masih pandemi, dan demi melihat idolanya walau sekilas rela melanggar protokol kesehatan. Apakah cinta membutakan keselamatan diri sendiri?
Karantina yang ditolak oleh HRS sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri dan keluarganya. Namun ketika ia menolak, seharusnya massa mengingatkannya, bukannya mendukung. Jika ia positif corona dan menularkannya kepada ribuan pendukung yang menemuinya, maka jumlah pasien covid-19 akan melonjak drastis. Situasi ini sungguh mengerikan.
Gubernur DKI Jakarta melakukan audensi ke rumah HRS dan ia juga seakan tidak takut tertular, karena saat ini bisa saja semua orang berstatus OTG. Walau kabarnya Anies datang ke sana untuk merayu HRS agar mau melakukan tes swab, seharusnya ia memberi contoh dengan menunggu 14 hari. Atau menghubunginya lewat telepon atau WA.
HRS masih saja bertingkah dengan berencana mendatangi peringatan maulid nabi. Padahal kita tahu bahwa ia masih punya banyak pendukung dan ada tradisi untuk bersalaman. Di masa pandemi, kegiatan ini tentu terlarang. Baik HRS maupun orang-orang yang datang saat acara seharusnya tahu diri dan menahan agar tak membuat keramaian, untuk menghormati masa pandemi.
Setelah membuat heboh dengan kedatangannya yang disambut massa, HRS masih meminta izin untuk menyelenggarakan acara pernikahan anaknya, Najwa. Izin sudah keluar dengan syarat memenuhi protokol kesehatan, yakni maksimal 35 orang undangan. Semua juga wajib pakai masker dan hand sanitizer. Semua dilakukan demi keselamatan banyak orang.
Jika ada massa yang akan datang ke sana dengan maksud memberi kado bagi pengantin, lalu diusir oleh pihak keamanan, jangan sakit hati. Bukan bermaksud jahat, tapi acara ini seharusnya berlangsung dengan privat. HRS memang punya banyak fans tapi sebaiknya ia tahu diri dan tidak mengundang hingga ribuan orang, agar tak menimbulkan klaster corona baru.
Jangan malah sengaja melanggar protokol kesehatan karena punya alasan suubjektif dalam membenci pemerintah. Ingat bahwa jika 1 orang saja kena corona bisa menularkan ke ribuan orang lain. Bagaimana jika ada yang tertular virus covid-19 lalu tidak terselamatkan nyawanya, apakah mau bertanggungjawab?
Sebagai tokoh publik seharusnya HRS tahu diri dan melakukan acara privat. Jangan malah sengaja membuat resepsi pernikahan akbar atau menghadiri acara peringatan yang mengundang banyak orang, karena akan mengundang massa. Ingatlah selalu untuk menaati protokol kesehatan dan jaga jarak antar orang, jika ingin selamat dari virus covid-19.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Makassar