Oleh: Made Raditya )*
Sebentar lagi akan ada program vaksinasi agar semua WNI bebas corona. Namun sayangnya ada beberapa hoax yang diembuskan oleh para oknum, untuk menggagalkan program ini. Masyarakat diminta untuk mengabaikan hoax dan tetap tertib dan rela disuntik vaksin, serta mematuhi protokol kesehatan.
Pemberian vaksin corona di Indonesia yang rencananya dilakukan januari 2021 membuat masyarakat lega karena berarti sebentar lagi pandemi berakhir. Vaksin Sinovac akan didatangkan ke negeri kita dan akan diberikan sesuai dengan prioritas. Wilayah yang berzona hitam dan merah akan mendapatkannya terlebih dahulu.
Namun di tengah euforia dalam menyambut vaksin, ada pula hoax yang beredar. Berita bohong yang sudah terlanjur dibaca sebagian masyarakat membuat mereka takut untuk disuntik. Padahal vaksin ini sudah dijamin aman. Relawan yang beberapa saat lalu disuntik vaksin, sepert Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, sampai saat ini terbukti sehat dan tak kena corona.
Salah satu hoax tentang vaksin adalah ia bisa mengubah DNA manusia. Padahal pengubahan DNA adalah sesuatu yang rumit, dan tak bisa dilakukan hanya dengan sekali suntik. Jika DNA akan diubah, caranya dengan transplantasi sel. Sedangkan vaksin berisi virus yang dimatikan, bukan sel yang baru.
Tidak mungkin setelah divaksin, manusia berubah jadi mutan.
Hoax kedua tentang vaksin corona adalah ia membawa korban jiwa. Juga disertakan foto putri Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperkuat narasinya. Padahal itu hanya kabar bohong. Wanita yang ada di dalam foto bukanlah putri Putin dan ia tidak meninggal setelah divaksin.
Logikanya, vaksin berisi virus yang dilumpuhkan, sehingga saat disuntikkan akan menaikkan antibodi. Manusia akan bertambah kuat dan tak akan kena corona. Bukannya malah kehilangan nyawa. Jadi kita harus waspada akan hoax seperti ini dan tidak mempercayainya mentah-mentah.
Untuk mencegah hoax maka harus dilawan dengan konten positif. Pemerintah bisa menyelenggarakan lomba membuat poster atau meme tentang vaksin covid dan kebohongan hoaxnya, sehingga masyarakat akan melihat berbagai kreasi mereka di media sosial. Setelah melihat poster yang indah sekaligus edukatif, mereka akan tertib dan mau divaksin.
Pemerintah bisa mengandeng influencer yang memiliki banyak follower di media sosial, agar mereka jadi duta vaksin corona. Para selebgram punya cukup banyak pengaruh, agar pengikutnya tidak percaya hoax tentang vaksinasi nasional. Jadi akan makin banyak anak muda yang mau diimunisasi.
Setelah hoax mereda, maka masyarakat juga perlu diedukasi lagi tentang protokol kesehatan. Karena setelah mereka diimunisasi, bukan berarti bisa bablas dan bebas seperti dulu. Tetaplah pakai masker, rajin cuci tangan, dan lakukan protokol kesehatan lainnya.
Mengapa masih harus mematuhi protokol kesehatan? Memang vaksinasi efektif 95% dalam mencegah corona. Namun tetap saja ada celah 5% sehingga virus bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Misalnya ketika imunitasnya sedang rendah atau ia tak menjaga higienitas, atau ia punya komorbid alias penyakit bawaan. Apalagi sekarang musim hujan dan banyak yang mudah kena flu.
Memakai masker tak hanya ampuh menahan droplet yang jadi ajang penularan corona, namun juga punya fungsi lain. udara yang dihirup akan difilter sehingga lebih bersih. Manusia akan lebih sehat, karena ia terbiasa mematuhi protokol kesehatan. Adanya protokol sudah jad gaya hidup modern yang dilakukan setiap hari.
Mari kita lawan hoax tentang vaksinasi nasional dan jangan malah ikut menyebarkannya. Berita palsu yang diebarkan oleh kalangan antivaks hanyalah narasi yang menyesatkan. Karena vaksin ini terbukti aman. Selain itu, kita masih harus wajib mematuhi protokol kesehatan walau sudah diimunisasi, agar tubuh lebih bugar.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini