impresionis.com – Setelah sebelumnya memutarbalikkan fakta, menyebut bahwa aparat militer Indonesia menyerang warga asli Papua yang ternyata merupakan anggota kelompok separatis. Kini, juru bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom kembali membuat pernyataan tuduhan menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai penjahat perang, Hal tersebut masih berkaitan dengan adanya penyerangan kepada warga asli Papua. Menurutnya, aparat TNI dan Polri telah melakukan operasi militer ke perkampungan serta perkebunan warga, termasuk membakar rumah penduduk asli Papua. TPNPB OPM lantas menuntut Presiden Jokowi untuk bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh TNI Polri.
Pernyataan tersebut muncul menyusul adanya kejadian penembakan yang menewaskan seorang tukang ojek di distrik Ilaga Kabupaten Puncak. Pasca penembakan, Tim Gabungan TNI-Polri mengejar hingga ke arah jembatan PT Unggul, Ilaga, Kabupaten Puncak. Kemudian, terlihat melalui drone terdapat 3 orang anggota kelompok separatis membawa senjata api laras panjang dan pada akhirnya berhasil dilumpuhkan. Dari 3 jenazah anggota kelompok separatis, hanya 1 orang berhasil diamankan yakni bernama Enius Tabuni, sedangkan 2 jenazah lainnya dibawa oleh rekannya ke dalam hutan.
Sejumlah provokasi melalui playing victim secara serentak kemudian dilakukan oleh para pendukung kelompok separatis untuk menutupi kejahatan penembakan terhadap tukang ojek dengan memanfaatkan unggahan di media sosial. Dinarasikan bahwa aparat tidak mampu menghadapi TPNPB OPM hingga akhirnya menjadikan seorang anak sebagai tumbal. Enius Tabuni yang tertembak disebut-sebut sebagai anak dibawah umur, berusia 12 tahun yang menjadi korban operasi militer aparat Indonesia. Sebuah upaya pemutarbalikkan fakta untuk mengelabuhi publik sekaligus mencari simpati. Mereka seakan lupa, bahwa beberapa waktu lalu, anggota Egianus Kogoya lainnya juga membunuh anak seorang kepala kampung berusia 8 tahun karena tidak mau memberikan bantuan makanan.
Berdasarkan penjelasan dari Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri bahwa Enius Tabuni merupakan anggota kelompok separatis pimpinan Egianus Kogoya berusia 22 tahun yang kerap meneror wilayah Kabupaten Puncak. Sekali lagi bahwa tak hanya pemutarbalikkan fakta, tapi juga sebuah disinformasi telah dilakukan menyebut orang berusia 22 tahun sebagai 12 tahun. Parahnya, kini berlanjut dengan tuduhan kepada Presiden Jokowi sebagai penjahat perang terhadap warga asli Papua. Padahal belum genap seminggu yang lalu presiden berkunjung ke Papua untuk memotivasi bidang ekonomi kreatif pemuda Papua melalui momentum peresmian gedung Papua Youth Creative Hub (PYCH).
Penjelasan Kapolda Papua Kepada Presiden Terkait Meningkatnya Korban Kekerasan di Papua
Dalam rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Jokowi saat berkunjung ke Papua beberapa waktu lalu, Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius Fakhiri sempat meminta penjelasan terkait meningkatnya korban kekerasan di Papua. Menurutnya, sejak bulan Januari terjadi peningkatan terhadap kasus menonjol yang tercatat 41 kasus menyebabkan 22 orang meninggal, 88 orang luka-luka dan seorang disandera. Meningkatnya kasus menonjol hingga menewaskan korban tersebut disebabkan beberapa faktor, di antaranya tidak lagi diindahkan imbauan kepada masyarakat khususnya yang bekerja sebagai tukang ojek, sehingga tetap melayani penumpang ke daerah yang dianggap rawan terkait gangguan kelompok separatis. Padahal, aparat keamanan sudah berulangkali mengimbau agar masyarakat terutama yang berprofesi sebagai tukang ojek hendaknya selalu waspada dan tidak melayani mengantar penumpang ke wilayah rawan.
Kapolda juga mengemukakan bahwa yang termasuk kasus menonjol di antaranya penembakan, kontak tembak, penganiayaan, pembakaran dan pengancaman. Sejumlah 41 Kasus menonjol tersebut banyak terjadi di Kabupaten Yahukimo yakni 9 kasus, menyusul Kabupaten Puncak 8 kasus, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Intan Jaya masing-masing 7 kasus, Kabupaten Nduga, Dogiyai dan Kota Jayapura masing-masing 2 kasus. Kemudian Kabupaten Lanny Jaya, Puncak Jaya, Jayawijaya dan Tolikara masing-masing 1 kasus.
Hoaks Sebby Sambom untuk Adu Domba Masyarakat dan Pemerintah
Untuk diketahui, bahwa selain gertakan dengan modus pernyataan selaku juru bicara TPNPB OPM. Sisi lain seorang Sebby Sambom ternyata juga dikenal sebagai penyebar isu hoaks ulung, utamanya berkaitan dengan situasi wilayah rawan di Papua. Terdapat sejumlah isu bersumber dari pernyataannya namun setelah dikroscek ternyata tidak benar atau tidak pernah terjadi. Strategi penggunaan isu hoaks selain untuk memicu keresahan publik, ternyata juga dilakukan sebagai upaya untuk berkelit dari sejumlah kesalahan yang pernah dilakukan. Berdasarkan data yang disusun dari sejumlah sumber, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III pernah meluruskan hoaks tentang tewasnya tiga wanita di Kabupaten Puncak Papua yang ditembak aparat militer Indonesia. Kabar tersebut beredar dari pemberitaan sebuah media online oposisi. Kabar yang ternyata hoaks tersebut sengaja disebarkan oleh kelompok separatis Papua. Secara tegas, Kepala Penerangan (Kapen) Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suristiawa mengatakan, tidak ada kejadian seperti yang diberitakan.
Kelompok separatis TPNPB OPM yang didukung oleh front politik dan klandestin di antaranya jurnalis, media dan pegiat media sosial secara aktif menyebarkan hoaks untuk menyudutkan pemerintah. Apabila kelompok separatis beraksi membakar sekolah, membunuh guru dan menebar teror lain, para simpatisan mereka sengaja untuk berdiam dan tidak komentar apa-apa. Hoaks tersebut juga turut disebarkan oleh aktivis pro Papua merdeka dengan tujuan memfitnah tim gabungan TNI-Polri. Pendukung separatis TPNPB OPM juga pernah menyebar fitnah terkait hancurnya Gereja Kingmi yang bertujuan memprovokasi jemaat gereja, baik lokal, nasional, maupun internasional. Salah satu faktor strategi hoaks dilancarkan adalah karena terdesaknya posisi kelompok separatis.
Di lain kesempatan, juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom juga pernah menyebarkan isu yang menyebutkan bahwa TNI-Polri melempar bom ke perkampungan penduduk di Papua. Dalam tuduhannya, aparat dengan kekuatan penuh dilengkapi dengan pasukan khusus bernama Pasukan Setan menyerang perkampungan penduduk lokal di Ilaga. Terdapat 40 kali serangan udara dari TNI-Polri. Serangan tersebut diklaim menggunakan helikopter. Menanggapi hal tersebut, Kasatgas Humas Nemangkawi (saat itu), Kombes Pol Iqbal Alqudusy menegaskan, bahwa kabar tersebut adalah hoaks. Dirinya mengimbau agar masyarakat tidak mempercayai informasi tersebut. Menurutnya, Sebby Sambom adalah juru bicara yang sudah tidak diakui lagi oleh TPNPB.
Sebelumnya Sebby Sambom juga sempat mengklaim bahwa aparat keamanan TNI-Polri telah menewaskan remaja berusia 17 tahun. Padahal, nyatanya dua anggota Kelompok Separatis Papua yang tewas dalam kontak senjata dengan TNI-Polri dipastikan telah berusia dewasa. Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Mimika AKBP I Gustri Era Adinata. Sebby secara sengaja telah menebar hoaks soal tewasnya remaja berusia 17 tahun, untuk memunculkan kesan negatif terhadap TNI-Polri.
Motif tersebut kini terulang kembali ketika kematian Enius Tabuni yang merupakan anggota OPM pimpinan Egianus Kogoya disebut masih berusia 12 tahun, padahal sesungguhnya telah berusia 22 tahun. Sebuah perulangan yang mudah sekali ditebak. Dipastikan bahwa tuduhan terhadap Presiden Jokowi sebagai penjahat perang hanya merupakan bagian dari upayanya menaikkan eksistensi serta gertakan terhadap pemerintah khususnya aparat Indonesia. Tuduhan tersebut bisa masuk dalam pelanggaran hukum, sehingga kepada Sebby Sambom, berhati-hatilah karena jeruji besi menanti.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)